Loading Now

Fenomena Revenge Travel Usai? Tren Wisata Mewah dan Peningkatan Permintaan Destinasi Terpencil

Fenomena Revenge Travel—perjalanan internasional atau “daftar keinginan” (bucket list) yang tertunda akibat pandemi—telah berhasil mendorong pemulihan industri pariwisata global, yang diperkirakan akan mencapai pemulihan penuh pada akhir tahun 2024. Namun, fase reaktif ini kini telah mereda, dengan hanya sekitar 11% dari wisatawan yang masih menyatakan mereka melakukan perjalanan untuk mengganti perjalanan yang terlewatkan pada akhir tahun 2023.

Pergeseran besar telah terjadi: dari dorongan reaksioner (revenge impulse) menjadi prioritas yang didefinisikan ulang (redefined priority). Tren utama tahun 2024 dan seterusnya adalah peningkatan pengeluaran pada perjalanan mewah yang berfokus pada pengalaman (experiential luxury), privasi, dan eksklusivitas di destinasi berkapasitas rendah. Segmen perhotelan mewah diproyeksikan tumbuh lebih cepat (6% per tahun hingga 2025) daripada segmen pariwisata lainnya , didorong oleh peningkatan anggaran konsumen yang melihat perjalanan sebagai kategori pengeluaran yang lebih tangguh dibandingkan kategori lain seperti ritel.

Evolusi Konsumen: Prioritas Perjalanan dan Kenaikan Anggaran

Perjalanan sebagai Prioritas Pengeluaran Utama

Meskipun fase reaktif revenge travel telah berlalu, minat berkelanjutan terhadap perjalanan sama sekali tidak menunjukkan penurunan. Konsumen menunjukkan ketahanan yang signifikan dalam niat pengeluaran perjalanan mereka.

  1. Pengeluaran yang Kuat: Niat belanja perjalanan menunjukkan ketahanan yang lebih besar dibandingkan kategori pengeluaran lain, seperti otomotif atau ritel.
  2. Pergeseran Nilai: Sebanyak satu dari lima wisatawan yang meningkatkan anggaran perjalanan mereka menyatakan bahwa pengeluaran untuk perjalanan kini menjadi lebih penting bagi mereka sejak pandemi. Ini menggarisbawahi pergeseran nilai konsumen dari akuisisi barang berwujud ke investasi pada pengalaman.
  3. Pertumbuhan Segmen Mewah: Segmen perhotelan mewah diperkirakan tumbuh sebesar 6% per tahun hingga tahun 2025. Pertumbuhan ini didorong oleh dua profil wisatawan:
  4. Wisatawan Mewah Tradisional: Mencari kenyamanan, pelayanan tanpa cela, dan keunggulan.
  5. Wisatawan Mewah Aspirasional: Menyumbang 35% dari pengeluaran perjalanan mewah global, kelompok ini (dengan kekayaan bersih antara $100.000 hingga $1 juta) bersedia mengeluarkan uang untuk satu aspek perjalanan yang mahal (misalnya, peningkatan penerbangan tunggal atau makanan spesial), namun selektif pada komponen lainnya. Mereka menghargai kemewahan yang bermerek secara jelas dan program loyalitas.

Definisi Ulang Kemewahan: Pengalaman di Atas Harta Benda

Wisatawan mewah modern tidak lagi hanya mencari properti dengan perlengkapan kamar mandi berlapis emas atau lantai marmer. Sebaliknya, mereka kini menghargai pengalaman melebihi barang-barang berwujud.

Kemewahan modern didefinisikan oleh budaya keunggulan (culture of excellence) yang meliputi:

  • Staf yang dapat mengantisipasi kebutuhan pelanggan.
  • Pengalaman yang melebihi ekspektasi dan menciptakan kenangan berharga.
  • Alur perjalanan yang mulus (seamless) dan bebas hambatan.

Permintaan Destinasi Eksklusif, Privasi, dan Terpencil

Setelah periode pembatasan sosial, permintaan untuk destinasi yang menawarkan privasi, ruang, dan pengalaman mendalam meningkat tajam. Tren ini didukung oleh fleksibilitas pekerjaan jarak jauh, yang memungkinkan wisatawan memperpanjang masa tinggal mereka (leisure for longer).

Pendorong Utama: Privasi dan Eksklusivitas Akomodasi

Wisatawan kelas atas secara signifikan menggeser preferensi dari kamar hotel tradisional ke properti sewaan liburan yang menawarkan privasi dan eksklusivitas.

  • Penyewaan Vila Mewah: Meningkatnya permintaan untuk vila mewah dan properti dengan akses pantai, yang menyediakan privasi, fasilitas terbaik, dan eksklusivitas.
  • Contoh Eksklusif (Bali): Proyek-proyek unik menunjukkan ekstremitas kemewahan eksklusif, seperti “Private Jet Villa” di Bali, yaitu Boeing 737 yang diubah menjadi vila mewah yang terletak di atas tebing yang menawarkan kolam renang tanpa batas (infinity pool) dan landasan helikopter pribadi. Properti semacam ini menekankan privasi dan pengalaman bespoke yang unik.

Pergeseran ke Destinasi Rendah Kepadatan

Permintaan eksklusivitas juga tercermin dalam pilihan destinasi. Setelah menghindari kerumunan, wisatawan mencari eksplorasi dan pengalaman baru, bukan hanya relaksasi.

  • Destinasi Baru: Ada peningkatan minat yang signifikan terhadap perjalanan ke destinasi di luar rute tradisional, seperti Amerika Selatan, Asia, dan Afrika.
  • Destinasi Ekowisata Mewah: Destinasi yang memadukan kemewahan dengan dampak lingkungan minimal menjadi pilihan. Konsep seperti Conscious Luxury Travel mendorong wisatawan untuk memilih akomodasi bersertifikasi ramah lingkungan, atau eco-resort (seperti yang terdapat di Bali, misal The Menjangan dan Misool Eco Resort) yang mendukung ekonomi masyarakat lokal dan mengurangi jejak karbon.
  • Menghindari Overtourism: Tren menuju destinasi terpencil dan rendah kepadatan secara tidak langsung merupakan respon terhadap fenomena overtourism—yakni membludaknya jumlah wisatawan yang melebihi kapasitas daya dukung lingkungan dan infrastruktur, yang merusak pengalaman pengunjung dan masyarakat lokal. Pariwisata mewah yang terkelola dengan baik cenderung beroperasi dengan prinsip pariwisata regeneratif (regenerative tourism), yang mengelola daya dukung dan mengutamakan konservasi.

Implikasi Industri dan Masa Depan Perjalanan Premium

Respons Industri Penerbangan

Lonjakan minat pada perjalanan kelas atas telah mendorong maskapai penerbangan untuk melakukan investasi strategis besar-besaran:

  • Peningkatan Kursi Premium: Maskapai penerbangan AS secara agresif menambahkan lebih banyak kursi premium ke pesawat mereka untuk melayani penumpang yang bersedia membayar ekstra demi kenyamanan yang lebih baik selama penerbangan.
  • Kekuatan Segmen Premium: Permintaan untuk kabin premium berada pada titik terkuatnya secara historis, menjadikannya aliran pendapatan dengan margin tinggi yang krusial bagi maskapai. Bahkan maskapai yang dulunya berfokus pada anggaran kini beradaptasi untuk menarik pelanggan kelas atas.

Kesimpulan: Perjalanan sebagai Investasi Jangka Panjang

Fenomena revenge travel mungkin telah usai, namun warisannya adalah kesadaran konsumen yang lebih tinggi tentang nilai perjalanan sebagai investasi penting, bukan pengeluaran diskresioner yang mudah dipotong. Masa depan industri ini akan didominasi oleh operator yang dapat menyediakan:

  1. Personalisasi dan Pengalaman Eksklusif: Mengingat wisatawan kini mencari pengalaman, bukan hanya benda, properti yang berinvestasi dalam pelatihan staf untuk menciptakan kenangan tak terlupakan akan memiliki keunggulan kompetitif.
  2. Privasi dan Kualitas: Permintaan akomodasi berkapasitas rendah dan eksklusif (vila, resor terpencil) akan terus tumbuh.
  3. Nilai Berkelanjutan: Konsumen yang sadar biaya dan lingkungan akan memilih layanan yang menjamin dampak positif terhadap komunitas lokal dan lingkungan, menjadikan Conscious Luxury Travel sebagai standar baru.