Etno-Musikal: Studi Komparatif Fado, Qawwali, dan Tango sebagai Genre Warisan Budaya Transnasional
Tulisan ini menyajikan tinjauan mendalam dan komprehensif terhadap tiga genre musik unik—Fado dari Portugal, Qawwali dari Asia Selatan, dan Tango dari Argentina/Uruguay—yang masing-masing mewakili sintesis kompleks antara ekspresi emosional, konteks sosial-historis, dan struktur musikal yang khas. Analisis ini berfokus pada anatomi musikal, fungsi sosiologis, dan signifikansi filosofis yang mendorong kedalaman dan pengakuan global genre-genre tersebut.
Fado (Portugal) – Anatomi Melankoli dan Saudade
Asal-Usul Historis dan Sosiologi Fado di Lisbon
Fado adalah sebuah genre pertunjukan yang berfungsi sebagai salah satu elemen kunci yang mengkarakterisasi Portugal sebagai sebuah bangsa dan merupakan simbol warisan Portugis. Meskipun kini menjadi simbol identitas nasional, akar historis Fado sangat erat kaitannya dengan lingkungan urban marjinal di Lisbon.
Fado merupakan sintesis multikultural yang kaya, berkembang dari peleburan berbagai tradisi. Komponen utamanya meliputi tarian nyanyian Afro-Brasil, genre lagu dan tarian tradisional lokal, tradisi musik yang dibawa oleh gelombang imigrasi internal dari daerah pedesaan, serta pola lagu urban kosmopolitan dari awal abad ke-19. Genre ini lahir di lingkungan kelas bawah, mencerminkan kehidupan kaum pekerja dan imigran yang terpaksa beradaptasi dengan realitas urban yang keras. Ironi yang terkandung dalam Fado adalah bahwa meskipun ia berasal dari konteks multiras dan proletar , yang secara tradisional terpinggirkan, ia kemudian diadopsi dan dihormati sebagai ciri khas identitas nasional Portugis. Fenomena ini menegaskan bahwa ekspresi melankolis yang diusung Fado, saudade, bukan hanya sentimen romantis Portugis, melainkan juga catatan emosional historis dari perpindahan, adaptasi, dan kehilangan yang dialami oleh kelompok-kelompok yang berjuang di kota. Fado umumnya ditransmisikan secara informal dari generasi ke generasi, seringkali dalam lingkup keluarga yang sama.
Filsafat Sentral: Eksplorasi Konsep Saudade
Inti tematik Fado adalah konsep Saudade, sebuah kondisi emosional yang sulit diterjemahkan secara langsung. Saudade melampaui sekadar kerinduan atau nostalgia; ia didefinisikan sebagai paradoks pahit-manis (bittersweet paradox)—sebuah memori indah yang diwarnai rasa sakit akibat kerinduan (ache of longing).
Konsep ini berfokus pada kerinduan akan sesuatu yang hilang, yang mungkin tidak akan kembali, atau kerinduan akan masa depan yang tidak mungkin terwujud. Ia mencerminkan fatalisme dan melankoli yang pasif, di mana subjek menyadari nasib dan kesepiannya tetapi menemukan keindahan dalam kepahitan tersebut. Terminologi sehari-hari terkait konsep ini mencakup frasa seperti Ter/sentir saudades (memiliki atau merasakan saudade) dan Matar saudades (secara harfiah ‘membunuh kerinduan’).
Struktur Musikal dan Instrumentasi Khas
Fado adalah genre vokal yang biasanya dibawakan oleh penyanyi solo pria atau wanita, yang dikenal sebagai fadista. Ensemble pengiring Fado sangat spesifik. Fado tradisional didukung oleh dua jenis gitar: gitar akustik (viola) dan yang paling krusial, guitarra portuguesa.
Guitarra portuguesa adalah instrumen berbentuk pir dengan dua belas senar. Suara guitarra portuguesa yang unik, melodi, dan resonan, adalah jantung musikal Fado. Instrumentasi tradisional juga dapat mencakup gitar klasik dan acoustic bass guitar. Penggunaan instrumen berdawai dua belas yang khas ini secara fungsional memperkuat tema saudade. Timbre yang dihasilkan oleh guitarra portuguesa menciptakan tekstur yang melankolis dan meratap, menunjukkan adanya keterkaitan evolusioner antara kualitas suara instrumen tersebut dengan mandat emosional genre ini. Melankoli Fado, oleh karena itu, tertanam tidak hanya dalam liriknya tetapi juga dalam arsitektur musik itu sendiri.
Kontribusi Maestro dan Pengakuan Global
Amália Rodrigues, yang dikenal sebagai Queen Of Fado , adalah figur yang sangat berpengaruh dalam memodernisasi dan membawa genre ini dari panggung lokal Lisbon ke panggung internasional pada pertengahan abad ke-20.
Pengakuan resmi atas signifikansi budaya Fado di tingkat global dicapai melalui UNESCO. Fado, yang diklasifikasikan sebagai Lagu Populer Urban Portugal, telah diakui dan dimasukkan dalam Daftar Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan oleh UNESCO.
Sufi Music / Qawwali (Asia Selatan) – Pintu Gerbang Transendensi dan Sama
Akar Historis dan Teologis Qawwali
Qawwali adalah bentuk nyanyian kebaktian Islami Sufi yang berakar di Asia Selatan, yang secara tradisional dipentaskan di kuil-kuil Sufi di seluruh anak benua India. Fungsi utamanya adalah spiritual dan transendental. Bagi para Sufi, lagu-lagu Qawwali dianggap sebagai ‘makanan bagi jiwa’ (food for the soul) , media untuk mencapai persatuan dengan Tuhan, dan puncak ekstasi dari pengalaman mistis.
Qawwali adalah hasil dari sinkretisme budaya yang mendalam. Penciptaannya dikreditkan kepada Amir Khusrow, seorang sufi dari tarekat Chisti, pada akhir abad ke-13 di India. Khusrow memadukan tradisi musik Persia, Arab, Turki, dan India untuk membentuk Qawwali seperti yang dikenal saat ini. Kemampuan bawaan Qawwali untuk memadukan tradisi berbeda—secara musik dan teologis—memungkinkannya untuk menyebarkan pesan cinta dan devosi Sufi melintasi batas-batas linguistik yang luas di Asia Selatan. Istilah Qawl itu sendiri berasal dari bahasa Arab yang berarti ‘ucapan (Muhammad)’, yang menunjukkan legitimasi spiritualnya.
Ritual Spiritual: Konsep Sama dan Peningkatan Energi
Sesi Qawwali secara formal disebut Mehfil-e-Sama. Kata sama sendiri masih digunakan di Asia Tengah dan Turki untuk merujuk pada bentuk-bentuk musik yang mirip. Sama berarti ‘mendengar’ dan dalam konteks Sufi, ini mengacu pada ritual mendengarkan musik untuk mencapai kondisi spiritual yang lebih tinggi.
Struktur musikal Qawwali dirancang secara sengaja untuk melayani tujuan spiritual ini. Qawwali umumnya dimulai dengan lembut dan meningkat secara stabil ke tingkat energi yang sangat tinggi (high energy levels). Peningkatan tempo dan intensitas ini bertujuan untuk menginduksi keadaan hipnotis (hypnotic state) pada musisi dan audiens. Keadaan hipnotis ini, yang dicapai melalui pengulangan dan intensitas ritmis, adalah pintu gerbang menuju ekstasi mistis dan persatuan dengan Tuhan.
Struktur Musikal dan Instrumentasi Dinamis
Hampir semua Qawwali disusun berdasarkan Raga dari tradisi musik klasik Hindustani , yang memberikan jangkar lokal yang mendalam bagi bentuk seni ini.
Struktur Qawwali berkembang melalui beberapa tahapan yang berbeda secara ritmis:
- Pendahuluan Instrumental:Lagu dimulai dengan melodi utama yang dimainkan oleh harmonium, diiringi oleh tabla.
- Alap:Melodi tonal improvisasi yang panjang, di mana penyanyi utama melantunkan nada-nada tanpa ritme (unrhythmically), hanya diiringi harmonium. Ini memperkenalkan Raga
- Ayat Pembuka (Preamble):Ayat-ayat pendahuluan (seringkali bukan bagian dari lagu utama) dinyanyikan secara improvisasi dan tanpa ritme, diikuti pengulangan oleh penyanyi samping.
- Lagu Utama:Pada titik ini, tabla, dholak, dan tepukan tangan dimulai secara serentak. Semua anggota chorus (paduan suara) bergabung menyanyikan ayat-ayat refrain. Lagu meningkat dalam tempo dan semangat, seringkali melibatkan akrobat vokal dan improvisasi sargam.
Instrumentasi Kunci telah mengalami sedikit evolusi. Secara tradisional, instrumen yang digunakan adalah tabla, tanpura (instrumen drone India), dan sarangi. Namun, harmonium sebagian besar telah menggantikan sarangi. Setup perkusi sering dimodifikasi; misalnya, Sabri Brothers dan Amjad menggunakan kombinasi tabla dan dholak (sisi bas).
Peran tepukan tangan (hand-clapping) oleh paduan suara (yang terdiri dari empat hingga lima pria) sangat penting. Mereka tidak hanya mengulangi ayat-ayat kunci tetapi juga membantu perkusi. Tepukan tangan ini, yang berulang dan ritmis, berfungsi sebagai mekanisme komunal yang secara fisik menggerakkan musisi dan audiens menuju klimaks ekstatis. Tindakan fisik bertepuk tangan mengubah pendengar dan chorus dari penerima pasif menjadi peserta aktif dalam perjalanan spiritual kolektif menuju sama.
Qawwali di Panggung Global
Meskipun secara historis Qawwali adalah seni pertunjukan yang terikat pada kuil Sufi, ia mendapatkan popularitas arus utama dan audiens internasional sejak akhir abad ke-20. Figur kunci yang bertanggung jawab atas internasionalisasi ini adalah Ustad Nusrat Fateh Ali Khan, yang diberi gelar Shahanshah-e-Qawwali (Raja Diraja Qawwali).
Grup Nusrat Fateh Ali Khan & Party mempopulerkan Qawwali di luar Asia Selatan. Penampilan mereka di festival WOMAD 1985 menjadi titik balik, memperkenalkan genre ini kepada audiens non-Asia dan non-Urdu, dan membuka jalan bagi kolaborasi dan fusion dengan tradisi musik lain.
Tango (Argentina/Uruguay) – Dramaturgi Hasrat, Konflik Sosial, dan Bandoneón
Kelahiran Tango: Konteks Proletar dan Imigran di Rio de la Plata
Tango adalah gaya musik dan tarian dengan hasrat yang mendalam yang berasal dari Uruguay dan Argentina. Genre ini berkembang pesat sekitar tahun 1880 di cekungan Rio de la Plata, khususnya di distrik kelas bawah Buenos Aires dan Montevideo. Tempat kelahirannya adalah dance hall, barak, dan kemungkinan rumah bordil, menjadikannya cerminan identitas kaum proletar dan imigran Eropa (terutama Spanyol dan Italia) yang berinteraksi dengan komunitas lokal (criollos) dan keturunan budak Afrika (melalui candombe).
Tango berevolusi dari milonga, tarian Argentina yang lebih cepat, sensual, dan pada awalnya dianggap ‘tidak senonoh’. Akar budaya yang beragam ini—termasuk Gaucho, Afrika, Spanyol, Italia, dan Prancis—menghasilkan bentuk seni yang sarat dengan drama dan kontradiksi emosional.
Tango sebagai Cerminan Sosial dan Eksklusi
Tango pada awalnya adalah bentuk seni yang sangat kontroversial. Pada awal abad ke-20, kalangan elit menganggapnya “kotor” dan “tidak senonoh”. Tarian tersebut dicap ‘paling memuakkan dari rumah dan bar-bar kumuh’ oleh diplomat Argentina sendiri, dan bahkan dikecam oleh Kardinal Roma karena dianggap ‘kafir’ dan tidak sopan. Kontroversi moral ini menunjukkan bahwa Tango berfungsi sebagai media protes dan penyaluran emosi bagi kelas bawah yang terpinggirkan, jauh dari nilai-nilai kesopanan masyarakat atas.
Tango hampir punah hingga pertunjukan panggung di Paris pada tahun 1980-an menghidupkannya kembali. Setelah mendapatkan validasi internasional, Tango ‘kembali’ ke Argentina, dan pemerintah mulai peduli karena genre ini terbukti efektif dalam menjaring wisatawan mancanegara dan meningkatkan devisa negara. Proses ini menggambarkan transisi dari ekspresi sosial radikal menjadi komoditas pariwisata yang dijinakkan dan diresmikan sebagai warisan budaya.
Anatomi Musikal dan Bandoneón
Musik Tango dimainkan dalam irama 4/4 atau 2/4 waktu. Instrumentasi tradisionalnya adalah solo gitar, duo gitar, atau ensemble yang lebih besar yang dikenal sebagai orquesta típica.
Peran Bandoneón
Instrumen kunci yang menjadi “jiwa” Tango adalah bandoneón, instrumen seperti akordeon yang erat kaitannya dengan genre ini. Bandoneón diperkenalkan oleh imigran Jerman, dibawa ke Rio de la Plata sekitar tahun 1870-an. Pengenalan bandoneón merupakan titik balik dalam evolusi Tango. Secara teknis, bandoneón sulit dimainkan, yang memaksa para musisi untuk mengekang ritme cepat milonga, cikal bakal Tango. Kendala teknis ini secara tidak sengaja mengubah karakter genre tersebut, menjadikannya lebih lambat dan “murung” (somber), sehingga dapat mengekspresikan drama dan hasrat yang mendalam—jauh dari kesembronoan awalnya.
Orquesta Típica
Orquesta típica adalah ensemble musik Tango tradisional yang biasanya terdiri dari setidaknya dua biola, flute, piano, double bass, dan setidaknya dua bandoneóns. Formasi sextet dasar distandarisasi oleh Vicente Greco, terdiri dari piano, kontrabas, dua biola, dan dua bandoneóns.
Transformasi dan Pengakuan Modern
Carlos Gardel adalah tokoh penting yang mempopulerkan Tango-canción (Tango dengan vokal). Namun, transformasi musikal paling signifikan dilakukan oleh Astor Piazzolla (lahir 1921). Piazzolla memelopori Tango Nuevo, sebuah interpretasi baru yang menggabungkan struktur Tango tradisional dengan komposisi musik klasik. Karyanya Adiós Nonino, misalnya, sangat terkenal di dunia.
Pengakuan global terhadap Tango diresmikan oleh UNESCO. Tradisi Tango, yang meliputi baik tarian maupun musik dari Argentina dan Uruguay, diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan.
Analisis Komparatif, Implikasi Budaya, dan Sintesis Global
Ketiga genre unik ini, Fado, Qawwali, dan Tango, mewakili cara yang berbeda dalam mengorganisir suara untuk mengartikulasikan pengalaman manusia yang mendalam, mulai dari kerinduan individu hingga hasrat sosial dan devosi spiritual.
Kontras Tema Sentral: Nostalgia vs. Devosi vs. Hasrat
Meskipun ketiganya bersifat emosional, orientasi tematik mereka berbeda secara fundamental:
- Fado (Internal/Fatalistik):Berpusat pada saudade, kerinduan yang bersifat introspektif, sering kali menerima nasib atau takdir (fatalisme pasif).
- Qawwali (Vertikal/Transendental):Berorientasi spiritual, bertujuan untuk mencapai ekstasi mistis dan persatuan dengan Tuhan melalui devosi yang aktif dan komunal (sama).
- Tango (Horizontal/Dramatis):Mengekspresikan hasrat antarmanusia, konflik, dan drama sosial. Ini adalah narasi perjuangan imigran dan hasrat mendalam, sering kali dengan nada suram dan dramatis.
Perbandingan Asal-Usul Sosial dan Adaptasi Urban
Fado dan Tango menunjukkan kesamaan yang mencolok dalam sosiologi kelahirannya. Keduanya berakar di lingkungan kelas pekerja, imigran, dan daerah urban marjinal. Kedua genre ini berfungsi sebagai katarsis untuk penderitaan dan identitas terpinggirkan akibat urbanisasi dan imigrasi.
Sebaliknya, Qawwali berakar kuat dalam sistem kepercayaan teologis (Sufisme) , meskipun ia juga lahir dari sintesis budaya yang kaya di tengah interaksi etnis dan agama di Asia Selatan.
Dalam hal internasionalisasi, terdapat pola adaptasi yang serupa. Fado dan Tango bertransisi dari ekspresi sosial menjadi aset ekonomi dan pariwisata, yang mengindikasikan proses penjinakan warisan budaya. Ekspresi yang awalnya radikal dan ditolak oleh kaum elit diubah menjadi merek nasional yang stabil untuk konsumsi global. Qawwali mencapai pengakuan global melalui saluran yang berbeda, terutama melalui panggung musik dunia dan fusion (Nusrat Fateh Ali Khan) , memperluas fungsinya dari ritual sufi murni menjadi bentuk seni konser global.
Komparasi Struktur Musikal dan Keterlibatan Audiens
Perbedaan struktural utama terletak pada fungsi interaksi audiens:
Keterlibatan Audiens (Eksplisit vs. Implisit)
Qawwali secara eksplisit membutuhkan interaksi audiens/chorus melalui tepukan tangan dan suasana sama untuk mencapai tujuan spiritualnya. Tepukan tangan yang berulang berfungsi sebagai perangkat ritual untuk menggerakkan kolektivitas menuju ekstase. Sebaliknya, Fado dan Tango, meskipun sangat emosional, cenderung mempertahankan pemisahan yang lebih jelas antara pementas (fadista, orquesta) dan penonton, di mana partisipasi audiens lebih berfokus pada konsumsi emosional naratif (saudade atau drama) daripada kontribusi ritual aktif.
Peran Instrumentasi Transnasional
Ketiga genre ini didefinisikan oleh instrumen yang merupakan hasil adaptasi cerdas atau transfer budaya, bukan alat musik asli yang murni:
- Fado:Guitarra Portuguesa adalah alat musik syncretic.
- Tango:Bandoneón , diimpor dari Jerman.
- Qawwali:Harmonium , yang merupakan pengganti instrumen tradisional seperti sarangi, yang juga berasal dari pengaruh luar.
Ketergantungan pada alat musik transnasional ini menunjukkan bahwa identitas nasional atau spiritual dalam musik seringkali dibentuk oleh adaptasi dan penafsiran instrumen asing yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan emosional lokal. Warisan budaya terbukti sebagai proses yang dinamis, bukan statis.
Ringkasan Status Warisan Budaya dan Karakteristik
Dua tabel berikut menyajikan rangkuman komparatif yang menggarisbawahi perbedaan utama antara ketiga genre tersebut:
Tabel 1: Ringkasan Komparatif Karakteristik Inti Tiga Genre
| Kriteria Perbandingan | Fado (Portugal) | Qawwali (Asia Selatan) | Tango (Argentina/Uruguay) |
| Domain Emosional Inti | Melankoli, Kerinduan (Saudade), Fatalisme, Takdir | Spiritual, Devosi (Ishq), Ekstasi Mistik, Transendensi (Sama) | Hasrat Mendalam, Drama, Konflik Sosial, Sensualitas |
| Asal-Usul Sosial Primer | Kelas Pekerja Lisbon, Imigran urban, Sintesis Afro-Brasil | Konteks keagamaan (Sufisme, Chisti Order), Fusion Persia/India | Imigran Eropa, Lingkungan Rio de la Plata (Barak/Bordil) |
| Instrumentasi Khas | Guitarra Portuguesa (12-dawai), Gitar Klasik, Vokal Solo | Harmonium, Tabla/Dhama, Vokal Utama/Chorus, Tepukan Tangan | Bandoneón (wajib), Biola, Piano, Kontrabas (Orquesta Típica) |
| Struktur Musikal Kunci | Improvisasi terbatas, fokus pada vokal dan iringan guitarra. | Berbasis Raga, progresif dari Alap tak berirama ke tempo tinggi. | Ritme 2/4 atau 4/4 yang dramatis, dipimpin oleh bandoneón. |
Tabel 2: Status Warisan Budaya dan Representasi Global
| Genre | Negara Asal | Status UNESCO (Warisan Takbenda) | Figur Kunci Globalisasi | Tujuan Ritual/Fungsional |
| Fado | Portugal | Ya, diakui | Amália Rodrigues | Ekspresi identitas nasional/melankoli, pelepasan emosional. |
| Qawwali | Asia Selatan (India, Pakistan) | Belum Diakui (berdasarkan data) | Nusrat Fateh Ali Khan | Mencapai union with God dan ekstasi mistis (sama). |
| Tango | Argentina dan Uruguay | Ya, diakui | Carlos Gardel, Astor Piazzolla | Tarian sosial, drama, cerminan identitas imigran/proletar. |
Kesimpulan
Fado, Qawwali, dan Tango mewakili tiga pilar utama bagaimana musik dapat menyalurkan kerinduan (Fado), devosi (Qawwali), dan hasrat (Tango). Ketiganya adalah studi kasus luar biasa mengenai seni sinkretik:
- Fado dan Tangoadalah cerminan dari dinamika sosial urban dan imigrasi, yang mengubah pengalaman kelas bawah dan kontroversi sosial menjadi simbol budaya yang diakui global, seringkali didorong oleh adaptasi instrumen asing (Guitarra Portuguesa, Bandoneón) untuk membentuk karakter emosional genre tersebut.
- Qawwalimenunjukkan bagaimana struktur musikal yang progresif dan partisipatif (melalui sama dan tepukan tangan) secara sistematis dapat menginduksi keadaan transendental untuk mencapai tujuan spiritual. Sinkretismenya yang kaya memungkinkannya melintasi batas-batas budaya yang luas di Asia Selatan dan kemudian ke panggung dunia.
Pengakuan Fado dan Tango oleh UNESCO mengukuhkan pentingnya genre-genre yang awalnya lahir dari konteks marjinal. Analisis menunjukkan bahwa keunikan genre-genre ini tidak terletak pada kemurnian asalnya, melainkan pada kemampuannya menyerap pengaruh transnasional dan mengubah penderitaan atau spiritualitas menjadi bentuk seni yang terstruktur dan sangat beresonansi secara universal.


