Senandung Gurun Dan Hutan: Analisis Struktural Dan Sinkretisme Dalam Musik Dunia Dari Afrika Hingga Amerika Latin
Definisi, Asal-Usul, dan Ambivalensi Kategori “World Music”
Istilah World Music merupakan frasa berbahasa Inggris yang diciptakan untuk mengategorikan gaya musik dari negara-negara non-Inggris, meliputi musik tradisional, kuasi-tradisional, dan antarbudaya. Konsep ini pertama kali dikreditkan kepada etnomusikolog Robert E. Brown pada awal 1960-an di Wesleyan University. Brown mengembangkan program doktoral dan sarjana di bidang tersebut, mengundang banyak penampil dari Afrika dan Asia untuk meningkatkan proses pembelajaran.
Meskipun memiliki akar akademis, istilah ini mengalami popularitas besar pada tahun 1980-an ketika industri musik di Eropa dan Amerika Utara mulai menggunakannya sebagai kategori pemasaran untuk musik tradisional non-Barat. Kategori ini sangat luas dan elastis, sehingga menimbulkan tantangan signifikan bagi definisi universal. Definisi yang dominan sering kali menekankan etika ketertarikan pada hal yang “eksotis secara budaya,” yang digambarkan oleh majalah Roots sebagai “musik lokal dari luar sana” (local music from out there).
Kategori ini, meskipun berguna untuk pemasaran, secara inheren menempatkan musik dari Afrika dan Amerika Latin dalam kerangka yang berpotensi mereduksi. Ketika industri Barat melabeli musik ini sebagai “eksotis” dan mengaitkannya dengan suasana atau latar belakang budaya, hal ini secara implisit menempatkan mereka dalam tradisi estetika “heteronomis,” yang menurut kritikus musik Austria, Hanslick, adalah musik yang berfungsi sebagai alat untuk mengekspresikan perasaan, ide, atau suasana tertentu. Pendekatan ini berlawanan dengan pandangan musik “mutlak,” di mana musik dipandang sebagai dunia bunyi yang terorganisir dan berdiri sendiri, terlepas dari representasi emosi eksternal. Oleh karena itu, analisis mendalam terhadap musik global ini harus secara kritis mengakui nilai pemasarannya tetapi menolak reduksi etnosentris, dengan mengalihkan fokus pada kerumitan struktural musiknya, bukan hanya daya tarik budayanya. Kategorisasi ini mencakup subgenre turunan seperti Worldbeat dan ethno jazz, menunjukkan peleburan yang berkelanjutan. Metodologi Analisis Sinkretisme Lintas Samudra
Musik Amerika Latin secara fundamental didefinisikan oleh sifatnya yang sangat sinkretis. Ia mewakili perpaduan budaya yang kompleks, menyatukan pengaruh dari musik Spanyol dan Portugis, musik Pribumi Amerika, dan warisan musik yang kuat dari Afrika. Proses ini didorong oleh diaspora Afrika yang dipicu oleh perdagangan budak trans-Atlantik, yang memindahkan jutaan orang Afrika ke Amerika dan secara permanen mengubah lanskap budaya.
Warisan musik Afrika ini, yang dikembangkan terutama selama periode perbudakan ketika akses terhadap instrumen terbatas, sering kali tersublimasi menjadi pekerjaan vokal (nyanyian, lagu kerja/ work songs). Musik diaspora Afrika ini berhasil mempertahankan elemen struktural penting dari warisan benua asalnya, yang menjadi kerangka ritmis bagi genre baru yang muncul di Amerika. Prinsip dasar yang paling jelas dan sering dipertahankan dalam musik Diaspora termasuk penggunaan ostinato—motif atau frasa ritmis yang diulang-ulang secara gigih—dan poliritme yang kompleks. Prinsip-prinsip inilah yang memungkinkan fusi dengan tradisi harmonik Eropa dan Amerika Utara, menghasilkan identitas budaya unik di Amerika Latin yang terus berevolusi hingga hari ini.
Senandung Gurun Afrika: Tradisi Ritmik dan Ekspresi Spiritual
Afrika, yang diwakili dalam laporan ini oleh Gurun Sahara dan wilayah hutan, menampilkan spektrum musik yang luar biasa, mulai dari ritual spiritual kuno hingga genre pop kontemporer yang mendominasi panggung global.
Musik Sufistik Afrika Utara: Gnawa Maroko
Gnawa adalah salah satu tradisi musik yang paling menarik dari Afrika Utara, khususnya di Maroko. Ini adalah tradisi musik Sufistik khas yang akarnya dapat dilacak kembali ke abad ke-16. Awalnya, Gnawa mengekspresikan kepercayaan nenek moyang Afrika Sub-Sahara yang dibawa ke wilayah Maghreb melalui migrasi dan perbudakan. Seiring waktu, unsur-unsur Islam merangkul tradisi tersebut setelah kedatangan bangsa Arab di Afrika Utara.
Musik Gnawa sering dikaitkan dengan praktik ritual dan ditampilkan dalam konteks publik dan spiritual, seperti parade di kota-kota seperti Essaouira. Tradisi ini melambangkan interaksi kompleks antara warisan Sub-Sahara dan dimensi spiritual Islam di Maroko, menunjukkan bagaimana musik berfungsi sebagai wadah untuk identitas budaya dan praktik keagamaan yang terpluralisasi.
Blues dari Gurun Sahara: Musik Tuareg
Di jantung Gurun Sahara, musik nomaden Tuareg telah muncul sebagai fenomena World Music yang dikenal sebagai Sahara blues atau Desert Rock. Musik ini menyampaikan “Gema Gurun, Dawai Jiwa” (Echoes of the Desert, Strings of the Soul), yang memandu pendengar melalui lanskap gurun yang luas dengan melodi yang menggemakan kebebasan, tradisi, dan fusi modern.
Secara sonik, genre ini menampilkan paradoks menarik: meskipun berakar pada narasi kuno komunitas nomaden, musik ini sangat modern, ditandai dengan penggunaan gitar elektrik yang menenangkan dan ritme gurun yang autentik. Musisi yang dikenal telah menginspirasi genre ini termasuk Tinariwen, Bombino, dan Tamekrist. Musik instrumental ini tidak hanya untuk relaksasi atau meditasi tetapi juga mewakili keberanian dalam memadukan warisan tradisional dengan instrumen dan gaya modern.
Dinamika Populer Afrika Barat: Highlife, Afrobeat, dan Mbalax
Afrika Barat adalah mesin inovasi ritmik, terutama melalui evolusi dari Highlife menuju Afrobeat dan varian kontemporer lainnya.
Highlife (Akar)
Highlife mewakili fusi lokal yang meluas dari meteran Afrika dengan melodi jazz Barat. Berasal dari musik Palm-wine dan Akan folklore , Highlife menggunakan struktur ritmik tradisional Afrika tetapi dimainkan dengan instrumen Barat. Karakteristik khasnya meliputi penggunaan jazzy horns dan gitar yang memimpin band, sering kali dengan gaya petikan dua jari (two-finger plucking) yang khas.
Afrobeat (Inovasi Fela Kuti)
Afrobeat diciptakan oleh superstar Nigeria, Fela Anikulapo-Kuti, pada tahun 1963, meskipun baru mencapai popularitas global pada tahun 1970-an. Genre ini merupakan sintesis yang cerdas dari Highlife dengan bentuk musik Afrika-Amerika seperti Funk (khususnya James Brown) dan Jazz.
Secara struktural, Afrobeat membedakan dirinya melalui aransemen yang kompleks dan gaya yang paling mencolok: bentuk mars military band yang diekspresikan oleh seksi brass yang tajam. Secara vokal, ia menggunakan gaya call-and-response tradisional Afrika. Kuti juga menjadikan Afrobeat sebagai platform politik. Ia dihormati tidak hanya karena kecerdasan musiknya tetapi juga karena aktivisme politiknya, menjadikan Afrobeat sebagai genre dengan durasi instrumental yang panjang dan berbobot pesan.
Afrobeats (Kontemporer)
Transisi dari Afrobeat menjadi Afrobeats (dengan ‘s’) mencerminkan adaptasi genre terhadap pasar global. Afrobeats saat ini adalah genre yang terus berkembang, ditandai dengan melodic hooks yang memadukan Pop, Hip-Hop, dan Dancehall dengan musik tradisional Afrika. Genre ini sering menggunakan produksi kontemporer, instrumen elektronik, struktur lagu verse-chorus yang umum, dan hooks berulang, serta mempromosikan lingkungan yang positif dan energik. Para seniman Afrobeats sering mengekspresikan diri mereka dalam bahasa Inggris dan bahasa daerah Afrika.
Pergeseran dari Afrobeat yang kompleks dan bermuatan politik ke Afrobeats yang lebih berfokus pada Pop dan tarian menunjukkan bagaimana genre World Music dapat menyesuaikan struktur dan estetika mereka untuk mencapai dominasi pasar global. Penggunaan hooks yang berulang dan simplifikasi struktural membuatnya lebih mudah diakses oleh format radio dan konsumsi pop arus utama.
Mbalax Senegal
Youssou N’Dour, salah satu penyanyi Senegal yang paling terkenal secara global, telah memainkan peran kunci dalam mengembangkan Mbalax. Genre populer Senegambian ini berakar pada tradisi musik sakral Serer, khususnya tradisi njuup dan upacara inisiasi ndut. Karirnya melambangkan keberhasilan musisi Afrika membawa tradisi lokal ke panggung global, bahkan memungkinkannya menjabat sebagai Menteri Pariwisata Senegal.
Warisan Perkusi Afrika Barat
Tradisi perkusi Afrika Barat adalah fondasi ritmik yang tak tergantikan bagi musik di kedua sisi Atlantik. Instrumen seperti Djembe dan Dundun adalah pusat dalam tradisi Mandinka. Djembe adalah drum piala yang fundamental, dan pemain harus menguasai tiga suara dasarnya.
Warisan budaya ini dipertahankan melalui sistem transmisi keluarga, seperti yang dicontohkan oleh keluarga Keita dari Guinea, yang telah melahirkan pemain Djembe terkenal di dunia. Selain itu, konsep struktural seperti “The Break” memiliki signifikansi besar; ini adalah panggilan ritmis yang digunakan untuk transisi atau mengatur bagian lagu, yang memiliki padanan dalam berbagai genre musik lainnya. Kekayaan ritmik yang dipertahankan dalam Djembe dan Dundun inilah yang kemudian diangkut dan menjadi dasar bagi poliritme sinkretis di Amerika.
Jembatan Ritmik: Sinkretisme Afro-Diaspora di Amerika Latin
Transportasi Budaya dan Preservasi Ritmik
Diaspora yang disebabkan oleh perdagangan budak trans-Atlantik menghasilkan transformasi budaya yang masif. Musik berfungsi sebagai alat penting untuk mempertahankan warisan Afrika di tengah penindasan, terutama melalui nyanyian dan lagu kerja ketika instrumen tradisional tidak tersedia.
Meskipun instrumen musik sering kali harus diimprovisasi atau diadaptasi—seperti Banjo yang merupakan keturunan langsung dari Akonting Afrika Barat —elemen struktural ritmik (ostinato, poliritme, call-and-response) bertahan dengan kuat. Genre-genre seperti rumba, samba, dan cumbia muncul dari percampuran ini, ditandai oleh ritme yang sangat kompleks dan penggunaan perkusi yang menonjol. Pelestarian warisan Afrika juga terjadi melalui praktik keagamaan dan spiritual, yang mengintegrasikan irama dan tarian tertentu ke dalam identitas budaya baru di Amerika Latin.
Pengaruh Regional dan Genre Sinkretis
Pengaruh Afrika terasa secara berbeda di setiap wilayah Amerika Latin, tergantung pada sumber dan waktu perdagangan budak.
Di Karibia, khususnya Kuba dan Puerto Riko, budaya Afrika, terutama dari orang-orang Yoruba di Afrika Barat, menjadi sumber utama budaya, yang dibawa oleh perdagangan budak yang berkembang pada abad ke-16. Warisan ini membentuk genre-genre penting seperti Salsa Kuba dan Bomba Puerto Riko, yang pada gilirannya memengaruhi genre modern seperti Reggaeton. Di Puerto Riko, musik ini berfungsi sebagai cara bagi pemuda untuk menyuarakan masalah sosial seperti rasisme, kemiskinan, dan kejahatan.
Di Peru, musik Afro-Peru muncul di wilayah pesisir. Genre seperti festejo, landó, dan panalivio dicirikan oleh ritme sinkopasi, vokal call-and-response, dan penggunaan instrumen perkusi khas seperti cajón dan quijada. Musik ini telah mengalami kebangkitan dalam beberapa dekade terakhir, berintegrasi dengan unsur-unsur jazz, rock, dan musik elektronik.
Analisis sinkretisme mengungkapkan bahwa pengaruh Afrika berfungsi sebagai katalis utama yang memungkinkan fusi dengan harmoni Eropa. Musik Afrika menyediakan dorongan ritmik yang kuat dan terorganisir (misalnya, Samba Batucada) , sementara musik Eropa menyumbangkan struktur melodi dan harmonik (misalnya, Polka atau Waltz untuk Choro). Hasilnya, genre sinkretis seperti Bossa Nova adalah hasil langsung dari pengaplikasian harmoni Jazz Amerika pada kerangka ritmis Samba Brasil. Dengan demikian, struktur ritmis Afrika adalah sumbu yang menyatukan melodi dari berbagai tradisi, memberikan identitas unik pada musik Latin.
Genre Sinkretis Utama Afro-Latin Amerika
Pemahaman tentang musik Afro-Latin Amerika harus dianalisis melalui lensa fusi historis, seperti yang diilustrasikan dalam tabel berikut:
Table 1: Genre Sinkretis Utama Afro-Latin Amerika
| Genre | Asal Geografis Kunci | Pengaruh Afrika/Diaspora | Pengaruh Non-Afrika (Eropa/Pribumi) | Karakteristik Ritmik Utama |
| Bossa Nova | Brasil | Samba (Batucada, Partido Alto) | Jazz Amerika Utara, Choro Brasil | Ritmik Samba yang halus dan sangat sinkopasi |
| Tango | Argentina/Uruguay | Ritme Afro-Amerika (Melalui Milonga, Habanera) | Harmoni Eropa, Adaptasi Bandoneón | Ritme Clave-like dalam 2/4 yang lambat dan dramatis |
| Cumbia | Kolombia/Panama | Perkusi dan Poliritme Afrika, Call-and-Response | Melodi dan Harmoni Eropa/Pribumi | Pola Ritmik 2/4 atau 4/4 yang menjadi dasar genre pop modern |
| Reggaeton | Puerto Riko/Panama | Dancehall Jamaika, Spanish Reggae, Salsa | Hip-Hop New York, Lirik berbahasa Spanyol | Dembow beat yang khas (“Boom-ch-boom-chick”) |
Melodi Hutan dan Kota: Genre Utama Amerika Latin
Irama Brasil: Samba, Choro, dan Bossa Nova
Musik Brasil merupakan contoh utama dari sinkretisme yang didominasi Afrika. Choro, yang dianggap sebagai musik rakyat Brasil yang asli, muncul dari fusi antara pengaruh Eropa (seperti polka dan waltz) dan tradisi penduduk kelahiran Afrika. Samba kemudian berkembang dari Choro, fokus pada budaya yang kaya di sekitar ritme, musik, dan tarian. Samba adalah gaya musik Brasil yang paling terkenal, dicirikan oleh ritme pendorong dan banyak instrumen perkusi (seperti Batucada dan Partido Alto).
Bossa Nova muncul di Rio de Janeiro pada akhir 1950-an. Ini adalah fusi yang lebih halus dan canggih, menggabungkan harmoni Jazz Amerika Utara dengan elemen ritme Samba Brasil. Bossa Nova dicirikan oleh melodi lembut, harmoni yang kompleks, dan ritme yang sangat sinkopasi, seringkali berfokus pada tema cinta, alam, dan gaya hidup Brasil. Popularitas globalnya melonjak setelah penampilan penting artis seperti Antônio Carlos Jobim, João Gilberto, dan Sérgio Mendes di Carnegie Hall pada tahun 1962.
Gairah Southern Cone: Tango Argentina
Di Argentina, Tango mencapai status serupa dengan Samba di Brasil, menjadi simbol musik nasional. Secara struktural, Tango adalah melange unik yang mencampurkan harmoni Eropa dengan ritme Afro-Amerika, terutama melalui gaya terkait seperti Milonga dan Habanera. Musik ini berbasis pada ritme clave-like dalam birama 2/4.
Pengembangan paling signifikan dalam Tango modern datang dari Astor Piazzolla, seorang bandeonist terkenal, yang memperluas dan memodernisasi orkestrasi Tango klasik (orquesta típica criolla). Sejarah Tango terkait erat dengan evolusi instrumentalnya, khususnya peran Bandoneón, yang akan dibahas lebih lanjut di Bagian V.
Evolusi Karibia: Reggaeton dan Cumbia
Cumbia, meskipun berakar di Kolombia dan Panama, telah menjadi salah satu genre yang paling berpengaruh secara regional. Dengan ritme 2/4 atau 4/4 yang kuat, Cumbia telah bertransisi menjadi format pop global, mampu beradaptasi dengan fusi modern seperti kolaborasi antara Natalia Lafourcade dan Los Ángeles Azules.
Reggaeton berakar di Puerto Riko (awalnya disebut Underground) pada awal 1990-an. Genre ini merupakan titik puncak sinkretisme Karibia kontemporer, sangat dipengaruhi oleh Dancehall Jamaika, Reggae Spanyol dari Panama, Hip-Hop New York, Salsa Kuba, dan Bomba Puerto Riko. Reggaeton dicirikan oleh signature beat khasnya, yang dikenal sebagai Dembow beat (“boom-ch-boom-chick”). Meskipun liriknya terkadang kontroversial, Reggaeton berfungsi sebagai sarana vital bagi kaum muda Puerto Riko untuk mengekspresikan pandangan mereka tentang masalah perkotaan dan sosial.
Ekspresi Dataran Tinggi Andes: Huayno
Berbeda dengan genre sinkretis Afro-Diaspora yang didominasi oleh ritme pantai, Huayno (atau Huaino) mewakili tradisi musik pegunungan Andes. Huayno memiliki sejarah sejak Peru kolonial dan mencakup elemen yang berasal dari musik Andes pra-Kolumbus, khususnya wilayah Kekaisaran Inca.
Secara musikal, Huayno dicirikan oleh vokal bernada tinggi, melodi ritmis, dan penggunaan skala pentatonik (lima nada, seperti D–E–G–A–B–D). Biramanya umumnya 2/4. Meskipun mungkin berakar pada tarian pemakaman Inca, Huayno saat ini sepenuhnya bersifat meriah dan melibatkan pasangan yang menari dalam formasi lingkaran. Berbagai instrumen digunakan, termasuk Quena (flute), Siku (panpipe), harpa, biola, dan Charango.
Instrumen sebagai Narator Budaya
Instrumen musik tidak hanya berfungsi sebagai medium untuk musik tetapi juga sebagai narator budaya yang mencatat sejarah migrasi, fusi, dan inovasi.
Instrumen Perkusi Lintas Benua: Marimba
Marimba adalah instrumen perkusi tradisional yang penting di Afrika, terdiri dari satu set batang kayu yang dipukul dengan palu. Jenis-jenis seperti marimba bass Afrika Selatan dan Balafon Afrika Barat menunjukkan akar yang dalam di benua tersebut.
Sejarah Marimba menunjukkan penyebaran globalnya, dengan asal-usul di Afrika dan Asia, dan instrumen ini kemudian menjadi sangat populer di Guatemala dan Amerika Tengah. Marimba, atau instrumen turunannya seperti Xylophone, berfungsi sebagai penghubung fisik dan sonik yang berharga, yang menghubungkan tradisi perkusi Afrika (misalnya, Chopi dari Mozambik atau Shona dari Zimbabwe) dengan musik rakyat di Amerika Tengah.
Instrumen Dawai Andes: Charango
Charango adalah instrumen dawai kecil dari keluarga lute, berasal dari populasi Quechua dan Aymara di wilayah Altiplano. Instrumen ini merupakan hasil fusi, dikembangkan pada masa pasca-Kolonial setelah instrumen dawai Eropa (seperti Vihuela atau Mandolin) diperkenalkan oleh Spanyol.
Secara tradisional, Charango dibuat dari cangkang keras punggung armadillo (quirquincho atau mulita), meskipun instrumen modern lebih umum menggunakan kayu untuk resonansi yang dianggap lebih baik dan untuk konservasi lingkungan. Charango standar memiliki sepuluh senar dalam lima pasang. Suaranya yang kuat, bernada tinggi, dan manis sangat cocok untuk memainkan balada Huayno yang melankolis maupun yang riang.
Instrumen Ekspresif Tango: Bandoneón
Bandoneón adalah instrumen akordeon tanpa tombol yang meskipun berasal dari Eropa (Jerman), telah menjadi instrumen esensial (quintessential instrument) dari Tango Argentina. Pada awal 1900-an, Bandoneón dimasukkan ke dalam kelompok Tango kecil (orquesta típica criolla) bersama biola dan piano.
Peran Bandoneón dalam sejarah Tango sangat unik. Ketika pertama kali diperkenalkan, musik Tango bergerak cepat. Namun, pemain Bandoneón awal, yang tidak terbiasa dengan instrumen tersebut, kesulitan mengimbangi tempo yang cepat. Secara kausal, musik Tango terpaksa harus diperlambat agar para pemain Bandoneón dapat bergabung. Perlambatan tempo ini secara mendasar mengubah dan menyolidkan estetika dramatis dan melankolis yang kini identik dengan Tango, membuktikan bahwa instrumen baru dan keterbatasan para pemainnya dapat bertindak sebagai agen perubahan yang mendikte evolusi estetika genre secara keseluruhan. Tokoh seperti Astor Piazzolla kemudian memperluas penggunaan Bandoneón, membawanya dari kabaret ke panggung konser.
Instrumen Kunci dalam Senandung Gurun dan Hutan
Analisis instrumen penting memperkuat pemahaman tentang interkoneksi dan adaptasi budaya di kedua benua:
Table 2: Instrumen Kunci dalam Senandung Gurun dan Hutan
| Instrumen | Wilayah Asal Kunci | Konteks Budaya Kunci | Konstruksi dan Karakteristik | |
| Charango | Andes (Bolivia, Peru) | Musik tradisional Huayno dan balada melankolis Andes. | Lute kecil 10 senar. Tradisional dari cangkang Armadillo; modern dari kayu. Berasal dari instrumen dawai Spanyol. | |
| Bandoneón | Eropa (Diadaptasi di Argentina/Uruguay) | Instrumen utama dalam Orquesta Típica Tango. | Akordeon tanpa tombol. Kehadirannya memperlambat tempo Tango. | |
| Djembe | Afrika Barat (Mandinka) | Perkusi ritual dan tarian. Merupakan bagian dari tradisi warisan perkusi. | Drum piala berukir kayu dengan kulit binatang. Dikenal dengan tiga suara fundamental. | |
| Marimba | Afrika / Amerika Tengah | Perkusi tradisional (Chopi, Shona); popular di Guatemala. | Xilofon dengan bar kayu resonansi. Menghubungkan tradisi Afrika ke Amerika. | |
| Kora | Afrika Barat (Griot) | Musik epik dan naratif (Mbalax). | Lute-harpa 21 senar. |
Kesimpulan
Laporan ini menegaskan bahwa World Music, ketika diterapkan pada lanskap Afrika dan Amerika Latin, bukanlah entitas yang statis, melainkan sebuah medan evolusi ritmik dan sinkretisme budaya yang terus-menerus. Warisan musik yang diibaratkan sebagai “Senandung Gurun” Afrika telah menjadi fondasi ritmik utama bagi “Melodi Hutan” di Amerika Latin.
Resiliensi warisan Afrika, yang diwujudkan dalam prinsip-prinsip struktural seperti ostinato dan call-and-response, terbukti telah bertahan melintasi samudra dan menjadi kerangka kerja bagi hampir setiap genre Afro-Latin Amerika yang signifikan, dari Samba hingga Reggaeton. Genre-genre ini menunjukkan proses aditif di mana warisan Afrika menyediakan drive ritmik, yang kemudian menyatu dengan harmoni Eropa dan instrumen pribumi.
Evolusi World Music terus berlanjut di era kontemporer. Kemunculan subgenre seperti Folktronica dan Worldbeat menunjukkan peleburan yang berkelanjutan antara tradisi etnis dan teknologi modern. Selain itu, platform digital dan media sosial telah memfasilitasi penyebaran global genre-genre mutakhir seperti Afrobeats dan Reggaeton.
Penyebaran masif ini, yang menempatkan musik dari Afrika dan Amerika Latin di puncak tangga lagu global, menimbulkan pertanyaan kritis mengenai relevansi kategorisasi World Music. Jika musik dari “Gurun dan Hutan” kini mendominasi narasi pop global—seperti yang ditunjukkan oleh Afrobeats dan Reggaeton—maka label yang awalnya diciptakan di Barat untuk mengemas musik “eksotis” menjadi usang. Genre-genre ini telah melampaui batas World Music dan secara efektif menantang dan menggantikan dominasi kategorisasi Barat yang asli, menandakan bahwa musik dari diaspora dan benua Selatan kini telah menjadi inti dari musik global yang baru.


