Loading Now

Durian “Raja Buah Tropis”— Potensi Inovasi, Sektor Agrowisata, dan Prospek Ekonomi Global

Latar Belakang Komoditas Durian

Durian (Durio zibethinus), yang secara universal diakui sebagai “Raja Buah” di Asia Tenggara, merupakan komoditas hortikultura strategis yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan prospek bisnis yang menjanjikan. Popularitas durian didorong oleh kombinasi antara ukuran buah yang besar, kulitnya yang tertutup duri, dan yang paling utama, aroma kuat dan rasa kompleks yang sangat digemari oleh konsumen di seluruh dunia.

Meskipun merupakan tanaman asli dan integral dalam budaya regional, analisis terhadap industri durian menunjukkan adanya kesenjangan signifikan antara potensi sumber daya hayati yang dimiliki oleh negara-negara produsen, terutama Indonesia, dengan kemampuan mereka untuk mengkapitalisasi potensi tersebut di pasar global. Durian, sebagai tanaman tahunan dengan perakaran dalam, membutuhkan manajemen budidaya yang berkelanjutan untuk memaksimalkan hasil dan kualitas.

Laporan ini bertujuan memberikan tinjauan mendalam atas empat pilar utama industri durian—Asal Usul dan Botani, Potensi Pengembangan Inovasi Produk Hilir, Sektor Agrowisata Durian sebagai alat branding, dan Prospek Ekonomi Global—sehingga dapat menjadi panduan strategis bagi para pemangku kepentingan dalam sektor agrobisnis.

Temuan Utama dan Implikasi Strategis

Analisis komprehensif ini mengidentifikasi beberapa dinamika pasar dan struktural kunci:

  • Kesenjangan Biodiversitas vs. Komersialitas: Indonesia merupakan pusat keanekaragaman hayati durian terbesar di dunia, dengan 21 dari 27 spesies durian diyakini ada di wilayahnya. Namun, di pasar ekspor premium, dominasi absolut dipegang oleh varietas kultivar Thailand (Monthong) dan Malaysia (Musang King/Black Thorn). Indonesia belum berhasil mengkonversi keunggulan genetiknya menjadi keunggulan pasar yang diakui secara global.
  • Ancaman Kompetitif dan Pergeseran Kekuatan Pasar: Pasar durian global didorong oleh permintaan Tiongkok, yang pada tahun 2024 bernilai hampir USD 7 Miliar. Thailand adalah eksportir tradisional terbesar, tetapi munculnya Vietnam sebagai pemain baru yang agresif, mencatat lonjakan ekspor 7.8 kali lipat dalam dua tahun dan menguasai hampir setengah volume impor Tiongkok, menunjukkan bahwa negara-negara lain harus segera mengamankan protokol ekspor langsung untuk bersaing.
  • Hilangnya Margin Keuntungan: Saat ini, durian Indonesia banyak diekspor melalui negara perantara seperti Thailand dan Malaysia. Ketergantungan pada re-ekspor ini menyebabkan Indonesia hanya memperoleh margin keuntungan sekitar 10%, padahal margin dapat mencapai 30% jika ekspor dilakukan secara langsung ke Tiongkok. Hambatan utama adalah kurangnya standardisasi mutu yang konsisten dan teknologi rantai dingin yang memadai.
  • Peluang Nilai Tambah Melalui Hilirisasi: Hampir 80% dari buah durian adalah limbah (kulit dan biji) yang selama ini tidak dimanfaatkan. Limbah ini mewakili potensi besar untuk inovasi produk bernilai tambah tinggi di sektor pangan (pasta beku) dan non-pangan (kosmetik antioksidan, farmasi), menawarkan solusi untuk menstabilkan harga, mengurangi limbah, dan menciptakan ekonomi sirkular.

Durian: Profil Botani, Sejarah, dan Pusat Keanekaragaman

Klasifikasi Ilmiah dan Habitat Asli

Secara taksonomi, durian termasuk dalam Kingdom Plantae, Genus Durio, dan spesies komersial utamanya adalah Durio zibethinus. Tanaman ini diklasifikasikan dalam Famili Bombacaceae, yang dicirikan oleh struktur batang yang umumnya berserat jelas dan rambut-rambut berbentuk bintang.

Secara geografis, durian diprediksi berasal dari daerah hutan hujan tropis di Kalimantan, Sumatera, dan Semenanjung Malaya. Bukti historis dan linguistik mendukung hipotesis ini; nama ‘durian’ diambil dari Bahasa Melayu. Pulau Kalimantan secara spesifik diakui sebagai pusat keanekaragaman durian, karena 19 dari 20 spesies durian yang ditemukan di Indonesia tumbuh liar dan endemik di area hutan Kalimantan.

Secara keseluruhan, Indonesia dilaporkan memiliki 21 dari 27 spesies durian di dunia, yang menegaskan peran negara ini sebagai gudang genetik global untuk komoditas ini. Meskipun demikian, hanya spesies Durio zibethinus yang diperdagangkan secara luas di pasar internasional.

Syarat Tumbuh Ideal

Durian adalah tanaman yang sangat menuntut kondisi lingkungan spesifik. Tanaman ini tumbuh subur di habitat beriklim tropis yang panas dan lembap.

  1. Iklim dan Curah Hujan: Curah hujan ideal berkisar antara 1.500 mm hingga 3.500 mm per tahun dan harus merata. Namun, untuk menstimulasi dan menyinkronkan pembungaan, diperlukan periode musim kemarau yang relatif kering, idealnya 1–2 bulan sebelum masa berbunga. Suhu rata-rata yang cocok untuk pertumbuhan optimal adalah 20–30°C.
  2. Ketinggian dan Intensitas Cahaya: Ketinggian tempat untuk budidaya durian umumnya tidak boleh melebihi 800 meter di atas permukaan laut (dpl). Tanaman ini membutuhkan intensitas cahaya matahari 60–80%, dan bibit yang masih kecil harus dilindungi dari terik matahari langsung.
  3. Kondisi Tanah: Durian membutuhkan tanah yang dalam (perakaran dalam), dengan kemampuan mengikat air yang tinggi. Derajat keasaman tanah (pH) yang dikehendaki adalah antara 5–7, dengan pH optimum 6–6.5. Kedalaman air tanah juga penting, antara 50 cm hingga 200 cm, karena jika terlalu dangkal atau terlalu dalam, hal itu dapat memengaruhi kualitas rasa buah atau menyebabkan busuk akar.

Varietas Unggulan Asia Tenggara dan Karakteristik Kualitas

Persaingan global telah menyoroti beberapa kultivar durian dengan atribut superior:

  • Thailand: Thailand, yang memiliki lebih dari 300 varietas durian yang dinamai , mempertahankan dominasinya melalui varietas Monthong (artinya ‘bantal emas’). Monthong dipertahankan sebagai varietas utama karena hasil produksinya yang sangat tinggi dan ketahanannya yang baik dalam rantai pasok ekspor massal, meskipun rentan terhadap penyakit. Varietas ini memiliki aroma yang lebih ringan dan disukai pasar ekspor massal.
  • Malaysia: Malaysia memilih model panen jatuh alami (natural harvesting) yang berorientasi pasar premium (market-driven boutique farming), dengan Singapura sebagai pasar utama.
    • Musang King (D197): Durian premium ini berasal dari Malaysia dan memiliki daging buah berwarna kuning oranye yang tebal dan bertekstur creamy. Rasanya adalah kombinasi manis legit superior dengan sedikit rasa pahit yang disukai banyak penggemar durian.
    • Black Thorn (D200): Sering dianggap sebagai rival Musang King, Black Thorn memiliki daging berwarna kuning cerah hingga oranye cerah dengan tekstur seperti custard dan rasa manis yang disertai sedikit rasa pahit yang kompleks. Harganya cenderung sama atau bahkan lebih mahal daripada Musang King.
  • Indonesia: Meskipun memiliki keanekaragaman hayati yang masif, kultivar Indonesia lebih dominan di pasar domestik. Contohnya termasuk Durian Bawor (dari Banyumas, terkenal dengan ukuran besar, daging tebal, dan rasa manis legit) dan Durian Tembaga (dari Sumatera Utara, dengan daging kuning keemasan yang menandakan kandungan beta karoten).

Analisis Kesenjangan Strategis Indonesia

Walaupun Indonesia merupakan pusat genetik durian global, dengan kekayaan 21 spesies, kenyataan di pasar internasional menunjukkan bahwa R&D dan standardisasi Indonesia tertinggal. Pasar global hanya mengenali kultivar yang telah dikembangkan secara intensif oleh Thailand dan Malaysia. Hal ini menekankan bahwa kepemilikan plasma nutfah saja tidak cukup; diperlukan program pemuliaan yang masif dan terstruktur untuk memanfaatkan materi genetik lokal (seperti durian-durian purba yang berumur ratusan tahun) guna menciptakan kultivar unggul dengan keunikan rasa atau resistensi yang dapat menembus pasar ceruk premium global, alih-alih hanya berupaya meniru Musang King.

Peta Ekonomi Durian Global dan Prospek Perdagangan Internasional

Nilai Pasar Global dan Proyeksi Pertumbuhan

Pasar buah durian global menunjukkan prospek pertumbuhan yang kuat. Pasar ini diperkirakan mencapai nilai USD 1.74 Miliar pada tahun 2023 dan diproyeksikan tumbuh dengan Tingkat Pertumbuhan Tahunan Majemuk (CAGR) sebesar 4.9% dari 2024 hingga 2030, mencapai USD 2.44 Miliar.

Pendorong utama pertumbuhan permintaan ini adalah wilayah Asia-Pasifik, dengan Tiongkok sebagai pasar konsumen utama. Permintaan durian secara global diperkirakan akan meningkat sebesar 7.1% dari 2020 hingga 2026, mencerminkan peningkatan konsumsi, terutama dari kelas menengah di Tiongkok yang memandang durian sebagai produk mewah dan bahan kuliner yang inovatif.

Tabel 1: Proyeksi Pertumbuhan Pasar Durian Global (2024–2030)

Atribut Pasar Nilai Pasar (2023) Proyeksi Nilai Pasar (2030) Compound Annual Growth Rate (CAGR) Pendorong Utama
Ukuran Pasar Global USD 1.74 Miliar USD 2.44 Miliar 4.9% (2024-2030) Asia Pasifik (Tiongkok)
Volume Impor Tiongkok 1.53 Juta Ton (Jan–Nov 2024) Diproyeksikan Meningkat Diproyeksikan Naik 7.1% (2020–2026) Peningkatan kelas menengah dan permintaan produk olahan

Dominasi Eksportir Utama dan Lonjakan Vietnam

Thailand secara historis menjadi pemain dominan, dengan produksi mencapai 1.21 juta ton pada tahun 2021 dari area tanam seluas 186.905 hektar, menghasilkan nilai pasar melebihi USD 1.4 Miliar. Thailand fokus pada Monthong, varietas yang mudah dikelola dan diterima secara luas untuk ekspor massal. Malaysia, di sisi lain, mengusung citra premium dengan varietas Musang King dan Black Thorn, yang dipanen secara tradisional saat jatuh untuk menjamin kualitas terbaik.

Ancaman Kompetitif dari Vietnam

Perkembangan paling signifikan adalah munculnya Vietnam. Pada tahun 2024, nilai ekspor durian Vietnam mencapai Rp53,67 triliun, didorong oleh lonjakan ekspor sebesar 7.8 kali lipat dibandingkan tahun 2022. Keberhasilan ini membuat Vietnam menguasai 47% dari volume impor durian Tiongkok pada periode Januari hingga November 2024.

Peningkatan pesat Vietnam didukung oleh strategi komprehensif yang meliputi: (1) kemampuan mempertahankan produksi berkualitas tinggi sepanjang tahun di Delta Mekong dan dataran tinggi, (2) inovasi teknologi, dan yang paling krusial, (3) pengamanan perjanjian perdagangan strategis. Vietnam telah mendapatkan protokol ekspor langsung ke Tiongkok sejak 2022, yang secara fundamental mengubah peta persaingan. Hal ini menunjukkan bahwa akses pasar langsung dan standar teknis yang sinkron dengan tuntutan Tiongkok lebih penting daripada volume produksi historis semata.

Tantangan Rantai Nilai dan Akses Pasar Indonesia

Indonesia, meskipun merupakan salah satu negara penghasil durian terbesar, tertinggal jauh dalam perolehan nilai ekspor. Data BPS menunjukkan bahwa ekspor durian Indonesia pada 2023 hanya mencapai Rp 17,4 miliar. Kesenjangan ini disebabkan oleh masalah struktural dalam rantai nilai:

  1. Keterbatasan Standardisasi dan Teknologi: Durian Indonesia belum memiliki konsistensi mutu yang memenuhi standar global. Selain itu, kurangnya teknologi pascapanen, seperti pembekuan cepat (quick-freezing), mempersulit durian untuk bertahan segar selama ekspor jarak jauh.
  2. Fragmentasi Petani dan Rantai Pasok yang Panjang: Rantai nilai durian di Indonesia terfragmentasi; durian bergerak dari petani ke pedagang pengumpul kecil, ke pedagang pengumpul besar, dan akhirnya ke pengecer atau eksportir luar wilayah. Fragmentasi ini memperkecil keuntungan petani dan menghambat standardisasi kualitas. Keterlibatan banyak pihak ini juga mengakibatkan tingginya disparitas harga dari petani ke konsumen akhir.
  3. Kerugian Margin Akibat Re-ekspor: Karena masalah standardisasi, durian Indonesia seringkali harus diekspor ke negara perantara (Thailand atau Malaysia) untuk distandarisasi dan di-re-ekspor ke Tiongkok. Strategi ini memangkas margin keuntungan Indonesia dari potensi 30% menjadi hanya sekitar 10%.

Untuk mengatasi hal ini, diperlukan kemitraan vertikal antara usaha menengah besar dan petani kecil (UMKM) untuk konsolidasi dan peningkatan kapasitas produksi, serta komitmen penuh dari pemerintah untuk mempercepat audit protokol ekspor oleh General Administration of Customs of China (GACC).

Potensi Inovasi Produk Hilir dan Nilai Tambah

Diversifikasi produk dari durian merupakan strategi penting untuk menstabilkan industri, memitigasi risiko kerugian akibat durian afkir, dan memaksimalkan nilai tambah dari seluruh bagian buah.

Strategi Peningkatan Nilai Tambah Durian Afkir

Salah satu tantangan terbesar dalam industri durian adalah manajemen limbah. Diperkirakan 79.48% dari total buah durian terdiri dari kulit dan biji yang tidak dimanfaatkan untuk konsumsi. Limbah ini dapat mencapai 556.360 ton per tahun di Indonesia, menimbulkan masalah lingkungan seperti potensi banjir jika dibuang sembarangan.

Peningkatan nilai tambah melalui pengolahan pascapanen sangat penting, terutama untuk durian yang mutunya kurang baik (reject durian). Contoh produk olahan pangan yang berhasil meningkatkan nilai ekonomis durian afkir termasuk:

  • Dodol Durian (Lempok): Produk ini terbukti efektif dalam memanfaatkan durian afkir yang berair, seperti yang dicontohkan oleh industri dodol durian di Kuala Selangor, Malaysia.
  • Durian Beku dan Pasta Durian: Pengembangan produk beku dan pasta memungkinkan buah disimpan lebih lama dan mempermudah ekspor, terutama untuk memenuhi permintaan pasar Tiongkok yang mulai berinovasi dengan menu kuliner durian.

Pemerintah negara-negara produsen, termasuk Vietnam, secara tegas menyerukan pengembangan produk durian olahan bernilai tambah tinggi (deep-processed durian products) sebagai fokus jangka panjang untuk mengurangi ketergantungan pada ekspor buah segar dan menstabilkan harga domestik.

Inovasi Non-Pangan (Kosmetik dan Farmasi)

Limbah durian memiliki potensi besar di sektor non-pangan, terutama kosmetik dan farmasi, berkat kandungan senyawa bioaktifnya:

  1. Pemanfaatan Kulit Durian: Kulit durian dapat diolah menjadi tepung yang berfungsi sebagai substitusi dalam produk pangan lain (misalnya Makaroni Kulit Durian atau MAKUDU). Selain itu, riset menunjukkan kulit durian juga berpotensi dikembangkan menjadi bahan dasar krim anti-jerawat.
  2. Pemanfaatan Biji Durian: Ekstrak etanol biji durian menunjukkan aktivitas antioksidan yang signifikan. Kekuatan antioksidan ini menjadikan biji durian sebagai bahan alami yang ideal untuk formulasi kosmetik yang berfungsi sebagai pelindung kulit. Contoh aplikasinya termasuk pengembangan lotion tabir surya (sunblock) alami yang mampu melindungi kulit dari radiasi sinar UVA dan UVB.

Pengembangan produk turunan non-pangan ini tidak hanya mengatasi masalah limbah, tetapi juga menciptakan ekonomi sirkular dan membuka pasar premium baru dengan margin keuntungan yang tinggi, mengubah limbah yang sebelumnya dianggap sebagai biaya menjadi sumber pendapatan.

Pentingnya Riset dan Pengembangan (R&D) Varietas Lokal

Meskipun durian Monthong dan Musang King mendominasi pasar, terdapat kebutuhan strategis untuk memuliakan dan memperkuat identitas durian lokal, terutama di Indonesia. Kegiatan R&D harus berfokus pada:

  • Pemuliaan Genetika Lokal: BRIN mendorong pemuliaan durian lokal untuk menciptakan preferensi konsumen dan menemukan fitur unggulan yang tidak dimiliki oleh varietas komersial yang sudah ada.
  • Standarisasi Kualitas: Daerah seperti Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, yang memiliki 3.833 hektare perkebunan durian dengan produksi sekitar 305.419 ton per tahun, diyakini mampu menghasilkan durian dengan kualitas setara Thailand dan Malaysia. Tantangannya adalah mencapai dan menjaga standar kualitas internasional secara konsisten.

Komitmen jangka panjang (30–50 tahun, mencontoh upaya Thailand dan Malaysia) diperlukan untuk membangun merek, standardisasi, dan R&D agar durian lokal Indonesia dapat mendunia.

Agrowisata Durian: Pengalaman, Branding, dan Kalender Musiman

Agrowisata sebagai Pendorong Ekonomi dan Branding Lokal

Agrowisata durian merupakan strategi yang efektif untuk meningkatkan nilai jual varietas lokal dan memaksimalkan pendapatan petani melalui pemasaran pengalaman (experiential marketing). Konsep agrowisata memungkinkan konsumen menikmati durian yang jatuh langsung dari pohon, berinteraksi langsung dengan petani, dan mengikuti aktivitas edukasi tentang pembibitan atau pengolahan produk turunan.

Model Agrowisata Regional:

  1. Indonesia (Pengalaman Alam Terpadu): Desa Wisata Duren Sari Sawahan di Trenggalek, Jawa Timur, memposisikan dirinya sebagai “Hutan Durian Terbesar se-Asia Tenggara” (650 ha). Desa ini menawarkan paket wisata terpadu yang mencakup wisata alam, edukasi (pembibitan), kuliner, dan budaya (seperti karawitan dan gending Jawa). Model ini fokus pada keaslian dan keanekaragaman ribuan jenis durian lokal.
  2. Malaysia (Pengalaman Premium dan Festival): Malaysia mempromosikan destinasi durian premium seperti DurianBB Park di Bukit Bintang, Kuala Lumpur, yang menawarkan Musang King Black Lap dan menyediakan pengalaman makan yang nyaman dengan fasilitas AC dan produk olahan modern (popcorn durian, soft serve Musang King). Selain itu, festival durian skala besar, seperti di Penang, menjadi acara promosi utama untuk menarik turis kuliner.

Agrowisata memungkinkan varietas durian lokal yang belum memiliki sertifikasi ekspor global untuk memperoleh harga premium langsung dari konsumen domestik maupun internasional. Dengan menjual pengalaman keaslian dan kualitas farm-to-table, petani dapat memotong rantai pasok yang panjang dan memaksimalkan keuntungan.

Kalender Musim Puncak Durian Asia Tenggara

Pemahaman mengenai kalender musiman adalah kunci bagi para turis dan pelaku usaha yang ingin menikmati atau memanfaatkan durian dalam kondisi terbaik (puncak musim atau Durian Runtuh).

Musim durian sangat bergantung pada dua musim monsun yang melanda Asia Tenggara. Waktu puncak bervariasi antarnegara:

Negara/Wilayah Musim Puncak (Major Peak) Periode (Bulanan) Aktivitas Wisata Kunci Konteks Iklim
Malaysia (Umum) Musim Runtuh (Kedua) Juni – September Festival Durian, Kunjungan Kebun Premium Musim Kemarau/On Season
Thailand (Umum) Panen Raya Mei – Agustus Eksplorasi kultivar, pasar durian pinggir jalan Cuaca hangat, musim yang sangat dinantikan
Indonesia (Jawa Timur – Wonosalam) Panen Raya Awal Tahun Desember – Maret Kuliner durian jatuh pohon, festival lokal Masa panen di awal tahun
Indonesia (Lain-lain) Regional Variasi Sepanjang Tahun Tur durian lokal (Medan, Bali), tergantung varietas Curah hujan merata sepanjang tahun dibutuhkan

Malaysia secara umum memiliki dua musim panen kecil (Januari–Februari dan November–Desember) dan satu musim puncak utama dari Juni hingga September. Periode ini juga bertepatan dengan musim puncak di Thailand (Mei–Agustus). Sementara itu, daerah tertentu di Indonesia, seperti Wonosalam, mengalami panen raya pada Desember hingga Maret, yang menunjukkan bahwa dengan perencanaan perjalanan yang tepat, penggemar durian dapat menikmati buah segar di Asia Tenggara hampir sepanjang tahun.

Tabel 2: Perbandingan Varietas Durian Komersial Unggulan Asia Tenggara

Varietas Asal Utama Karakteristik Daging Buah Kualitas Rasa Kunci Status Komersial
Musang King (D197) Malaysia Kuning oranye, creamy, tebal Manis legit superior, sedikit pahit Sangat premium, dominan ekspor Tiongkok
Black Thorn (D200) Malaysia Kuning cerah, tekstur seperti custard Manis dengan rasa pahit, kompleks Sangat mahal, menyaingi Musang King
Monthong Thailand Kuning pucat, produksi sangat tinggi Manis, aroma lebih ringan Varietas utama ekspor massal, cocok pengolahan
Bawor Indonesia (Banyumas) Kuning padat, tebal, ukuran besar Manis legit dengan sedikit pahit Populer domestik, potensi ekspor karena ukuran

Kesimpulan

Industri durian global berada di ambang transformasi, didorong oleh melonjaknya permintaan di Asia-Pasifik, terutama Tiongkok. Meskipun pasar diperkirakan tumbuh signifikan dengan CAGR 4.9% hingga 2030, kompetisi sangat ketat, dengan Vietnam yang berhasil memanfaatkan perjanjian protokol ekspor untuk mengubah dinamika perdagangan.

Indonesia memegang keunggulan genetik tak tertandingi sebagai pusat keanekaragaman hayati durian dunia. Namun, keunggulan ini belum terefleksikan dalam performa ekspor yang masih tertinggal dan terhambat oleh masalah standardisasi kualitas, keterbatasan teknologi pascapanen, dan rantai pasok yang terfragmentasi. Kegagalan mengamankan protokol ekspor langsung ke Tiongkok telah menyebabkan hilangnya potensi margin keuntungan yang sangat besar. Untuk mencapai visi durian lokal yang mendunia, diperlukan komitmen infrastruktur, regulasi, dan R&D yang terkoordinasi dan berjangka panjang.

Rekomendasi Strategis

Berdasarkan analisis terhadap struktur pasar, potensi inovasi, dan tantangan kompetitif, laporan ini merekomendasikan langkah-langkah strategis berikut untuk pembuat kebijakan dan pelaku agrobisnis:

Akselerasi Regulasi dan Akses Pasar

Prioritas utama adalah Akselerasi Protokol Ekspor Langsung ke Tiongkok. Pemerintah harus segera menyelesaikan audit dan negosiasi protokol GACC. Keberhasilan Vietnam menunjukkan bahwa akses regulasi adalah kunci untuk memotong rantai perantara (Thailand/Malaysia) dan segera merebut kembali potensi margin keuntungan 20% yang hilang.

Modernisasi Rantai Pasok dan Logistik

Perlu adanya Modernisasi Rantai Dingin yang mendesak, khususnya investasi dalam teknologi pembekuan cepat (quick-freezing) dan fasilitas penyimpanan berstandar internasional. Teknologi ini sangat penting untuk mengatasi sifat durian yang mudah rusak, memperpanjang daya simpan, dan memastikan durian beku Indonesia memenuhi standar kualitas ekspor Tiongkok.

Konsolidasi dan Kemitraan Vertikal

Disarankan untuk mendorong Kemitraan Vertikal yang kuat antara perusahaan agrobisnis besar (yang memiliki modal dan akses pasar) dengan petani UMKM. Model ini bertujuan untuk mengkonsolidasikan pasokan, memastikan standardisasi kualitas yang konsisten, dan memenuhi kuantitas yang dibutuhkan untuk ekspor massal, mengatasi masalah fragmentasi petani yang ada saat ini.

Pengembangan Nilai Tambah dan Ekonomi Sirkular

Diversifikasi Produk Hilir harus menjadi fokus. Selain buah segar, investasi harus diarahkan pada pengolahan durian afkir menjadi produk pangan beku (pasta, puree) dan, yang lebih strategis, pada inovasi non-pangan (kosmetik, farmasi) dari limbah kulit dan biji. Strategi ini menciptakan ekonomi sirkular, mengurangi limbah, dan memberikan stabilitas pendapatan bagi petani di luar musim panen.

Pemanfaatan Biodiversitas Melalui R&D Lintas Sektor

Pemanfaatan kekayaan Biodiversitas Melalui R&D harus menjadi agenda nasional. BRIN dan institusi terkait harus memprioritaskan pemuliaan durian lokal unggulan, dengan fokus pada atribut unik (misalnya rasa, tekstur, nilai gizi, atau resistensi penyakit) yang membedakannya dari kultivar Musang King atau Monthong. Upaya ini akan menciptakan identitas produk yang kuat untuk menembus pasar ceruk global.

Penguatan Agrowisata sebagai Pemasaran Brand

Model Agrowisata Terintegrasi harus diperkuat, mencontoh model Desa Wisata Duren Sari Sawahan. Agrowisata berfungsi sebagai platform pemasaran langsung untuk memperkenalkan durian varietas lokal premium kepada konsumen, memaksimalkan pendapatan petani melalui experiential tourism, dan membangun merek varietas lokal secara organik sebelum siap memasuki pasar ekspor formal. Selain itu, promosi kalender musim yang berbeda antar-wilayah (misalnya, puncak panen awal tahun di Jawa Timur) dapat menarik turis kuliner sepanjang tahun.