Loading Now

Dualitas Dan Duplikasi Dalam Mode Kontemporer: Koleksi ‘Seeing Double’

Konsep “Seeing Double” (Melihat Ganda) telah muncul sebagai tema utama dalam mode kontemporer, namun representasinya terbagi secara signifikan antara keberlanjutan berbasis produk dan seni konseptual berbasis pertunjukan adibusana. Analisis ini beroperasi di bawah premis bahwa pemahaman mendalam memerlukan pembedaan antara dua entitas mode yang secara fundamental berbeda dalam model bisnis dan tujuan artistik mereka.

Frasa “Seeing Double” merujuk secara langsung pada: pertama, Seeing Double (The Brand), sebuah merek fesyen Direct-to-Consumer (DTC) asal Australia, yang didirikan oleh saudara kembar Hallie dan Maddi Newman pada tahun 2021, dengan fokus pada circular fashion, pakaian reworked, dan fitur reversible. Kedua, istilah ini secara luas digunakan untuk koleksi adibusana konseptual Gucci ‘Twinsburg’ Spring/Summer 2023, yang mencapai sensasi viral global melalui presentasi dramatis yang melibatkan 68 pasang kembar identik, menjadikannya sebuah showcase seni yang berpusat pada tema duplikasi.

Kerangka Filosofis Dualitas dan Identitas

Dualitas (duality) adalah topik abadi dalam desain dan seni, sering kali berfungsi untuk mengeksplorasi ketegangan mendasar, seperti antara yang terang dan yang gelap, atau yang asli dan yang salinan. Dalam konteks seni visual, ‘Seeing Double’ mengajak audiens untuk melihat kembali, mengakui kontradiksi, dan merangkul kompleksitas di balik definisi tunggal.

Alessandro Michele, saat memimpin Gucci, secara eksplisit mengangkat ketegangan antara “original dan copy” dalam ‘Twinsburg’, mengeksplorasi bagaimana replikasi memengaruhi persepsi identitas. Kontrasnya, merek  Seeing Double mengartikulasikan dualitas pendirinya (saudara kembar) ke dalam utilitas fungsional melalui fitur reversible (pakaian yang dapat dipakai dua arah), secara efektif menawarkan solusi praktis terhadap konsumsi berlebih. Kedua entitas tersebut, meskipun berada di ujung spektrum pasar yang berlawanan (DTC berkelanjutan versus mode mewah tinggi), berhasil mengubah konsep duplikasi—yang sering kali menyiratkan penurunan nilai atau kurangnya keunikan —menjadi nilai inti. Gucci menggunakannya untuk meningkatkan nilai naratif dan artistik, menjadikannya tontonan yang tak terlupakan. Sementara itu, merek  Seeing Double menggunakannya untuk meningkatkan nilai fungsional dan etis, karena satu pakaian memberikan dua tampilan dan umur pakai yang lebih panjang. Keberhasilan nomenklatur ini menunjukkan bahwa pasar mode, baik mewah maupun sadar etika, menghargai konsep dualitas, baik sebagai komoditas spiritual (seni pertunjukan) maupun sebagai solusi praktis (keberlanjutan).

Studi Kasus I: Seeing Double (The Brand)—Pilar Sirkularitas dan Reversibilitas

Merek Seeing Double mewakili studi kasus tentang bagaimana identitas pribadi yang kuat dapat diterjemahkan menjadi model bisnis yang berfokus pada etika.

Asal Usul, Identitas Pendiri, dan Etos Berkelanjutan

Merek ini didirikan pada tahun 2021 oleh Hallie Newman, yang awalnya mulai menjahit dan melakukan upcycling pakaian bekas sebagai saluran kreatif selama masa lockdown COVID. Sejak awal, merek ini berakar pada filosofi thrift flip—kemampuan untuk melihat sesuatu yang baru, segar, dan orisinal dalam barang-barang bekas atau pre-loved.

Identitas pendiri, Hallie dan saudara kembarnya Maddi Newman (yang bergabung tak lama setelah itu untuk memberikan arahan kreatif dan mata untuk gaya), menjadi fondasi naratif merek. Nama Seeing Double tidak hanya mencerminkan ikatan pribadi, gaya bersama, dan dualitas kreatif mereka, tetapi juga meluas hingga menjadi perspektif hidup yang mendorong untuk merangkul perubahan dan menemukan keindahan dari sudut pandang yang berbeda. Misi utama merek adalah memperlambat siklus fast fashion dengan secara aktif mengedepankan circular fashion. Semua garmen mereka dibuat dari kain upcycled atau bersumber secara berkelanjutan, dengan komitmen pada produksi low-waste dan desain yang mengutamakan umur panjang dan keserbagunaan.

Koleksi Produk Kunci dan Proposisi Nilai

Portofolio produk Seeing Double terbagi secara strategis untuk mengkomunikasikan nilai longevity dan versatility.

Koleksi Reversible (Dualitas Fungsional)

Koleksi ini adalah manifestasi paling literal dan terukur dari nama merek. Pakaian dirancang secara reversible, menawarkan kepada konsumen “multiple ways to wear a single piece,” yang secara eksplisit dikaitkan dengan nama merek Seeing Double. Merek ini dengan bangga menyoroti proposisi nilai ekonominya, mengklaim bahwa koleksi ini setara dengan mendapatkan “Four pieces for the price of one”. Pakaian ini dibuat dengan lapisan ganda (double lined) untuk mencapai efek reversibel. Produk kunci termasuk REVERSIBLE DRESS B&W dengan harga $150.00 AUD dan berbagai REVERSIBLE TOP (seperti varian C&C, S&O, I&S, B&C) yang dijual seharga $80.00 AUD.

Koleksi Reworked dan Estetika Nostalgia

Koleksi Reworked, dengan 84 produk (kategori terbesar yang terdaftar), menyoroti komitmen merek terhadap upcycling dan individualitas, sebuah ironi yang menyeimbangkan tema duplikasi mereka dengan perayaan singularitas. Koleksi “Back to Back” khususnya menampilkan estetika vintage dan timeless, terinspirasi dari pakaian yang ditemukan di op shop lokal atau lemari lama. Koleksi ini dicirikan oleh kain worn-in, label vintage-inspired, dan bordir collegiate. Desain logo dicapai melalui tekstil asli yang dipotong tangan, kemudian  screen printed dan diproduksi secara lokal, menjaga prosesnya tetap autentik dan dekat dengan akar merek. Item utama dalam kategori ini termasuk The ‘Heritage Hood’ Lemon ($120.00) dan The ‘College Tee’ Maroon ($65.00).

Merek Seeing Double memberikan cetak biru yang efektif untuk merek DTC yang sadar etika. Merek ini berhasil menemukan identitas unik dengan dua cara: pertama, memanfaatkan popularitas pendiri mereka sebagai Australian internet personalities untuk menghasilkan hype dan menjangkau komunitas ; dan kedua, menerjemahkan identitas ganda mereka menjadi fitur produk yang  dapat diukur dan fungsional (reversibilitas). Model ini, yang juga didukung oleh inisiatif filantropi seperti Purple Hood Fundraiser untuk mendukung kesehatan mental , membangun kepercayaan dan loyalitas yang mendalam di kalangan konsumen yang memprioritaskan nilai etika dan transparansi, memberikan keunggulan kompetitif yang berbeda dari merek  fast fashion dan mode mewah.

Studi Kasus II: Gucci ‘Twinsburg’ SS23—Spektakel dan Kritik Artistik

Koleksi Gucci ‘Twinsburg’, yang dirilis di bawah arahan kreatif Alessandro Michele, mewakili pemanfaatan duplikasi sebagai alat untuk teater runway yang kompleks dan pernyataan filosofis tentang identitas di tingkat mode mewah.

Visi Alessandro Michele: Teater Duality dan Narratif Pribadi

Konsep ‘Twinsburg’ berakar kuat pada kisah pribadi Alessandro Michele. Direktur kreatif tersebut tumbuh dengan dua figur ibu—ibunya, Eralda, dan saudara kembar identiknya, Giuliana—yang digambarkan hidup ‘magically mirrored’. Koleksi Musim Semi/Musim Panas 2023 ini adalah penghormatan yang emosional dan kuat terhadap ikatan keluarga dan duality mereka.

Pertunjukan, yang diadakan pada September 2022, adalah produksi spektakuler yang disengaja. Awalnya, audiens dibagi oleh dinding potret. Di tengah pertunjukan, dinding tersebut terangkat untuk mengungkapkan panggung kedua, menunjukkan bahwa setiap model memiliki pasangan kembar identik yang berjalan dengan pakaian yang persis sama (exacting replica garments). Secara total, 68 pasang kembar berpartisipasi, mengakhiri pertunjukan dengan bergandengan tangan, melambangkan koneksi dan ikatan yang tak terpatahkan. Michele menggunakan pertunjukan ganda ini untuk mempertanyakan identitas, salinan, dan orisinalitas, memperjelas bahwa ‘Twinsburg’ dirancang bukan sekadar koleksi pakaian, melainkan lebih sebagai “pameran artistik”.

Analisis Estetika dan Desain Maksimalis

Secara estetika, koleksi ini mempertahankan ciri khas Alessandro Michele yang maksimalis. Siluetnya cenderung besar dan longgar (oversized and baggy), menciptakan bentuk dan siluet yang unik. Koleksi ini kaya akan warna dan motif cerah, termasuk pola tabrakan, payet, low-slung skirts, dan aksesori sureal. Duplikasi visual para model kembar secara dramatis memperkuat pilihan styling (misalnya, dua model dengan hair styling yang identik), menjadikannya pilihan yang disengaja dari desainer.

Desain ‘Twinsburg’ dipenuhi dengan referensi budaya dan simbolisme berlapis :

  • Aksesoris dan Motif: Koleksi ini menampilkan referensi pop culture 80-an seperti makhluk berbulu bernama Gizmo (Gremlins) sebagai aksesori atau motif.
  • Pesan Politik: Cetakan “FUORI!!!” muncul sebagai penghormatan kepada majalah dan asosiasi LGBTQ+ Italia dari tahun 70-an dan 80-an, menegaskan pertempuran abadi untuk kebebasan.
  • Detail Unik: Bahkan formula fotosintesis klorofilin terukir di bagian belakang jaket tweed, menyandingkan duplikasi alami dengan replikasi fesyen.

Meskipun perhatian mata ditarik ke tontonan kembar, aksesori memainkan peran penting, termasuk kacamata crystal-curtained dan perhiasan yang memperindah wajah.

Signifikansi Kritis dan Dampak Cultural Hype

Ulasan kritis sebagian besar menyoroti bahwa dampak pertunjukan ‘Twinsburg’ sengaja melampaui garmen individu. Konsekuensi yang disengaja dari tema kembar adalah sulitnya mengidentifikasi pakaian “stand-out” tertentu, karena perhatian mata lebih tertarik pada spectacle daripada tampilan individu. Dalam pertunjukan serba dua, jarang ada yang tertarik pada yang singular. Strategi ini menegaskan keberanian Gucci untuk memaksimalkan nilai naratif dan artistic statement merek di atas penjualan produk stand-alone.

Secara komersial, koleksi ini didukung oleh strategi pre-conditioning selebriti. Michele dan Jared Leto telah membangun antisipasi tema twinning dengan tampil sebagai kembar identik di Met Gala 2022, memberikan konsistensi naratif sebelum koleksi diluncurkan. Kehadiran selebriti di  front row (seperti Olivia De Jonge dan Davikah) dan keterlibatan duta global seperti Billie Eilish dan Harry Styles pada kampanye merek di masa itu, memastikan bahwa narasi Gucci-verse mendominasi wacana mode global.

Keputusan untuk memprioritaskan performance art (seni pertunjukan) di atas product singularity adalah langkah strategis di era ekonomi perhatian. Duplikasi massal (68 pasang kembar) memastikan bahwa Twinsburg dikenang sebagai peristiwa sejarah fesyen , bukan sekadar daftar garmen. Strategi ini, di mana nilai tak berwujud merek (kemampuan menciptakan wacana dan teater) dimaksimalkan, menunjukkan bahwa  hype budaya dan nilai naratif jauh lebih berharga bagi sektor mewah daripada keunikan desain garmen, yang secara ironis sengaja dihilangkan melalui replikasi.

Analisis Komparatif: Dualitas Tujuan dan Model Bisnis

Perbandingan kedua manifestasi “Seeing Double” ini mengungkapkan perbedaan struktural mendasar antara mode mewah yang didorong oleh narasi dan mode berkelanjutan yang didorong oleh fungsionalitas.

Tabel Perbandingan Tujuan dan Struktur ‘Seeing Double’

Parameter Seeing Double (Merek Sustainable) Gucci ‘Twinsburg’ (Koleksi SS23)
Model Bisnis Utama Direct-to-Consumer (DTC), Circular/Sustainable, Upcycling High Luxury, Runway Show (Conceptual Art), Brand Hype
Fokus Duplikasi Fungsional & Etis: Reversibilitas, Longevitas Produk, Identitas Pendiri Filosofis & Spektakuler: Replika Garmen, Ketegangan Asli vs. Salinan, Teater
Siluet Kunci Streetwear, Reworked, Nostalgia, Utilitas Maksimalis, Baggy, Gucci Signatures, Berani
Tujuan Utama Mengurangi Fast Fashion, Proposisi Nilai Ganda ($80-$150 AUD) Pernyataan Artistik, Penguatan Citra Merek, Nilai Tak Berwujud (Harga Tinggi, $340+ USD)
Jangkauan Komersial Komunitas E-commerce, Lokal (Australia), Sadar Etika Global, Elit, Budaya Pop Tinggi (Endorsemen Selebriti)

Divergensi Definisi “Nilai” dalam Duplikasi

Dua merek ini mendefinisikan nilai melalui duplikasi dengan cara yang kontras. Bagi Seeing Double, duplikasi diartikan sebagai solusi keberlanjutan. Reversibilitas adalah nilai yang dapat diukur dan dapat digunakan yang secara langsung memperpanjang umur garmen dan secara etis membenarkan pembelian.

Sebaliknya, bagi Gucci, duplikasi diartikan sebagai discourse artistik. Nilai tercipta dari pengalaman naratif yang langka dan cultural capital yang melekat pada merek mewah yang mempertanyakan identitas. Nilai yang diperoleh bersifat tak berwujud dan eksklusif. Hal ini terlihat dari perbedaan harga yang signifikan; sementara produk Seeing Double yang paling mahal (gaun reversible) dihargai sekitar $150.00 AUD , produk entry-level dari koleksi Twinsburg Gucci, seperti kacamata hitam, dapat mencapai $340.00 USD. Nilai Gucci dihasilkan dari keahlian kreatif yang direplikasi, bukan dari penghematan biaya produksi.

Keberlanjutan: Misi Inti versus Imperatif Adaptif

Merek Seeing Double menunjukkan bahwa model bisnis DTC yang lebih kecil dapat secara struktural dibangun di atas etos sirkularitas dan upcycling sejak pendiriannya. Mereka beroperasi sebagai bagian dari tren industri yang didorong oleh permintaan konsumen yang sadar etika.

Meskipun Twinsburg tidak secara eksplisit berpusat pada keberlanjutan produk, tekanan untuk circular fashion di industri mode mewah tidak dapat dihindari. Merek mewah lain, seperti Isabel Marant, telah mulai berinvestasi dalam platform resale in-house untuk mengumpulkan pakaian pre-owned dari koleksi masa lalu dan menjaga pelanggan dalam ekosistem merek. Hal ini menunjukkan bahwa sementara merek mewah dapat menggunakan dualitas untuk menciptakan seni dan hype, adaptasi terhadap sirkularitas telah menjadi imperatif strategis yang diperlukan untuk mempertahankan relevansi dan mengurangi dampak negatif industri yang terkenal dengan siklus produksinya yang cepat.

Kesimpulan

Fenomena “Seeing Double” berfungsi sebagai cerminan yang kuat untuk memahami prioritas industri mode kontemporer. Di satu sisi, ia menegaskan kembali peran penting teater dan spektakel dalam mempertahankan nilai merek mewah (Gucci), di mana desain konseptual dapat mengalahkan singularitas produk. Di sisi lain, ia menyoroti kekuatan merek independen yang berhasil mengaitkan narasi pribadi yang otentik (dualisme kembar) dengan solusi etis yang fungsional (pakaian reworked dan reversible), memungkinkan mereka untuk secara efektif bersaing melawan fast fashion dan membangun komunitas yang loyal.

Dualitas, dalam kedua kasus, berfungsi sebagai mekanisme validasi merek yang efektif. Bagi Gucci, replikasi yang sempurna memvalidasi kekuatan kreatif Alessandro Michele dan kemampuan merek untuk mendominasi wacana mode. Bagi Seeing Double, reversibilitas dan upcycling memvalidasi komitmen etis dan fungsional mereka. Analisis ini menyimpulkan bahwa konsumen modern mencari kedalaman di balik garmen; mereka ingin melihat ganda—melihat produk dan narasi yang mendukungnya, memastikan bahwa merek tersebut memiliki lapisan filosofis atau fungsional yang solid.

Implikasi dan Rekomendasi Strategis

Rekomendasi untuk Merek Sustainable (DTC): Merek Seeing Double menyediakan cetak biru yang sukses: keberlanjutan harus diartikulasikan tidak hanya sebagai etika tetapi juga sebagai proposisi nilai ganda yang fungsional. Menerjemahkan narasi pribadi pendiri ke dalam fitur produk yang dapat diukur (misalnya, reversibilitas yang menjamin keserbagunaan dan umur panjang) adalah kunci. Pendekatan ini, dikombinasikan dengan inisiatif sosial yang otentik (seperti penggalangan dana untuk kesehatan mental), secara efektif membangun loyalitas merek yang lebih dalam.

Rekomendasi untuk Merek Mewah (Luxury): Koleksi ‘Twinsburg’ memperkuat bahwa pengalaman naratif dan teater yang unik adalah komoditas kemewahan tertinggi, memastikan cultural capital dan jangkauan global. Merek mewah harus terus mendorong batas-batas seni pertunjukan untuk menciptakan events yang tak terlupakan. Namun, strategi ini harus diimbangi dengan adaptasi struktural terhadap tren keberlanjutan industri. Mengingat perlunya menyeimbangkan visi artistik maksimalis dengan stabilitas komersial jangka panjang (seperti yang ditunjukkan oleh adaptasi merek mewah lain), investasi yang lebih besar dalam model resale dan upcycling akan menjadi penting untuk mempertahankan citra merek yang relevan dan sadar lingkungan. Narasi harus bergeser dari sekadar menciptakan  copy yang sempurna menjadi merayakan transformasi yang berkelanjutan.