Pariwisata Otomotif Global dan Indonesia
Pariwisata otomotif telah bertransformasi dari sekadar perjalanan menggunakan kendaraan menjadi sebuah ekosistem multidimensi yang menggabungkan rekreasi, edukasi, dan komersialisme. Pergeseran ini mencerminkan evolusi kendaraan itu sendiri—dari alat mobilitas fungsional menjadi elemen sentral dari hobi, gaya hidup, dan warisan budaya. Tulisan ini menyajikan tinjauan mendalam tentang lanskap pariwisata otomotif di Indonesia dan dunia, mengeksplorasi kategorisasi, destinasi, dampak ekonomi dan sosial, serta tantangan dan peluang strategisnya.
Analisis kritis menunjukkan bahwa Indonesia memiliki fondasi yang kuat untuk mengembangkan sektor ini, didukung oleh daya tarik unik seperti sirkuit balap modern, museum koleksi antik, dan kalender acara pameran yang padat. Studi kasus Sirkuit Internasional Mandalika menyoroti potensi besar dari mega-event otomotif dalam menciptakan efek pengganda ekonomi yang signifikan, mendorong pertumbuhan pendapatan daerah, dan menyerap ribuan tenaga kerja. Pada saat yang sama, tulisan ini menggarisbawahi peran vital komunitas otomotif sebagai katalisator yang tidak hanya memfasilitasi kegiatan hobi, tetapi juga berkontribusi pada pembangunan sosial melalui kegiatan amal.
Namun, potensi ini tidak datang tanpa tantangan. Keterbatasan infrastruktur balap dan logistik, isu keberlanjutan, serta perlunya peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan beberapa hambatan yang harus diatasi. Oleh karena itu, tulisan ini merekomendasikan strategi terpadu yang berfokus pada pengembangan infrastruktur berkelanjutan, penguatan kolaborasi antara pemerintah dan swasta, serta adopsi kebijakan yang mendukung pariwisata otomotif ramah lingkungan, khususnya melalui konsep EV Ecotourism. Dengan implementasi strategis yang matang, Indonesia dapat memosisikan diri sebagai pemain kunci di industri pariwisata otomotif global.
Wisata otomotif didefinisikan sebagai “sebuah wadah tujuan wisata dan edukasi” yang ditujukan bagi para penghobi, komunitas, maupun masyarakat luas yang memiliki ketertarikan pada bidang otomotif. Bidang ini mencakup “apapun yang bergerak dengan sendirinya karena adanya mesin,” termasuk mobil, bus, sepeda motor, dan kendaraan lainnya. Definisi ini melampaui konsep perjalanan konvensional, di mana kendaraan hanya berfungsi sebagai alat untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Sebaliknya, kendaraan itu sendiri, serta ekosistem di sekitarnya, menjadi daya tarik utama dari pengalaman wisata.
Penggunaan istilah “wadah tujuan wisata dan edukasi” mengindikasikan bahwa nilai pariwisata otomotif terletak pada pengalaman yang disediakannya. Misalnya, mengunjungi museum otomotif memungkinkan seseorang untuk menelusuri perkembangan alat transportasi dari masa ke masa, menjadikannya kegiatan rekreasi yang memiliki nilai historis dan pembelajaran. Demikian pula, pameran otomotif berfungsi sebagai etalase di mana pengunjung dapat melihat langsung inovasi dan teknologi terbaru, melakukan uji coba kendaraan, hingga berpartisipasi dalam berbagai lomba. Hal ini menunjukkan bahwa industri pariwisata otomotif beroperasi pada tingkat yang lebih dalam daripada sekadar mobilitas; ia mencakup interaksi, apresiasi, dan pemahaman yang lebih kaya terhadap budaya dan teknologi kendaraan.
Kategorisasi Aktivitas Utama
Pariwisata otomotif dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis aktivitas utama yang masing-masing menawarkan pengalaman unik, melayani segmen pasar yang berbeda, dan memiliki peran spesifik dalam ekosistem industri. Kategorisasi ini membantu dalam menganalisis secara lebih rinci bagaimana pariwisata otomotif beroperasi di tingkat lokal maupun global.
Wisata Sejarah & Koleksi berfokus pada pelestarian dan pameran kendaraan-kendaraan yang memiliki nilai historis, budaya, atau teknis yang signifikan. Ini melibatkan kunjungan ke museum, galeri, atau koleksi pribadi. Wisata Pameran & Festival merupakan acara berskala besar yang menampilkan produk, teknologi, dan inovasi terbaru dari produsen otomotif dan industri pendukung. Event-event ini sering kali menjadi platform peluncuran produk dan sarana edukasi publik. Wisata Balap & Kompetisi adalah aktivitas yang berpusat pada ajang olahraga bermotor, baik sebagai peserta maupun penonton. Kategori ini mencakup balap mobil, motor, drifting, dan lain-lain yang diselenggarakan di sirkuit permanen atau non-permanen.
Wisata Berkendara (Touring & Road Trip) adalah kegiatan perjalanan jarak jauh yang mengutamakan pengalaman berkendara itu sendiri, dengan rute yang dipilih berdasarkan keindahan pemandangan atau tantangan medan. Terakhir, Wisata Berbasis Komunitas adalah aktivitas yang diorganisir oleh klub atau komunitas otomotif. Kegiatan ini memperkuat ikatan sosial antar anggota dan sering kali meluas ke ranah sosial dan amal. Berbagai kategori ini sering kali beririsan, membentuk pengalaman pariwisata otomotif yang lebih kaya dan terintegrasi.
Table 1. Ringkasan Kategori Utama Pariwisata Otomotif
Kategori | Deskripsi | Contoh di Indonesia | Contoh Global |
Wisata Sejarah & Koleksi | Mengunjungi museum atau koleksi pribadi yang memamerkan kendaraan bersejarah. | Museum Motor Merpati , Museum Kampoeng Cak Soen | Museum Porsche , Toyota Automobile Museum |
Wisata Pameran & Festival | Menghadiri acara tahunan yang menampilkan produk dan inovasi terbaru. | GIIAS , IIMS , IMX | Tokyo Auto Salon , Osaka Auto Messe |
Wisata Balap & Kompetisi | Mengunjungi atau berpartisipasi dalam ajang balap. | Sirkuit Internasional Sentul , Sirkuit Internasional Mandalika | NĂ¼rburgring , Monza |
Wisata Berkendara (Touring) | Melakukan perjalanan jarak jauh untuk menikmati rute dan destinasi. | Road trip Jakarta-Banyuwangi , Touring di Lombok | – |
Wisata Berbasis Komunitas | Mengikuti kegiatan yang diorganisir oleh komunitas otomotif. | Gathering komunitas warna , Touring Lamborghini Club Indonesia | – |
Lanskap Pariwisata Otomotif di Indonesia
Destinasi dan Daya Tarik
Indonesia memiliki beragam destinasi pariwisata otomotif yang unik, mulai dari museum pribadi yang sarat sejarah hingga sirkuit balap berstandar internasional. Museum Motor Merpati di Yogyakarta, misalnya, adalah salah satu contoh destinasi wisata sejarah yang paling menonjol. Didirikan oleh seorang kolektor bernama Pak Handoko, museum ini merupakan upaya pribadi untuk menyelamatkan motor-motor tua agar tidak dijual ke luar negeri. Koleksi museum ini sangat masif, terdiri dari lebih dari 500 sepeda, 300 sepeda motor, dan 60 mobil tua. Daya tarik utama museum ini terletak pada fokusnya pada nilai historis setiap kendaraan, bukan sekadar nilai komersialnya. Selain itu, terdapat juga Museum Kampoeng Cak Soen di Ngawi, Jawa Timur, yang menawarkan pengalaman serupa dengan koleksi barang antik dan kendaraan bersejarah.
Selain museum, sirkuit balap memainkan peran sentral dalam pariwisata otomotif di Indonesia. Sirkuit Internasional Sentul di Bogor, Jawa Barat, yang dibuka pada tahun 1993, adalah salah satu sirkuit paling bersejarah di tanah air. Sirkuit ini telah menjadi tuan rumah berbagai ajang balap mobil dan motor, dikenal dengan lintasan yang menantang dan suasana penonton yang meriah. Sementara itu, Sirkuit Internasional Mandalika di Lombok, Nusa Tenggara Barat, mewakili model pengembangan pariwisata otomotif yang lebih modern. Dibangun pada tahun 2018, sirkuit ini didesain tidak hanya untuk balap, tetapi juga sebagai bagian dari Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika yang mencakup pengembangan wisata alam, hotel, dan resor mewah. Konsep ini menunjukkan bahwa Mandalika dirancang dari awal sebagai motor penggerak ekonomi regional dan alat promosi pariwisata yang terintegrasi. Hal ini berbeda dengan sirkuit legendaris di Eropa yang seringkali tumbuh dari sejarah motorsport; Mandalika menggunakan motorsport sebagai katalisator untuk pembangunan infrastruktur dan promosi pariwisata yang lebih luas.
Sektor Pameran Tahunan: Sebuah Indikator Vital
Pameran otomotif tahunan di Indonesia berfungsi sebagai barometer kesehatan dan arah strategis industri. Kalender acara tahun 2025, misalnya, mencakup beberapa pameran utama yang masing-masing memiliki fokus unik. Indonesia International Motor Show (IIMS) 2025 dijadwalkan pada Februari, dikenal sebagai ajang peluncuran produk baru yang sangat dinantikan. Periklindo Electric Vehicle Show (PEVS) dan Indonesia Electric Motor Show (IEMS) berfokus secara eksklusif pada kendaraan listrik dan teknologi pendukungnya. Sementara itu, Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) adalah pameran terbesar di Indonesia yang menjadi wadah bagi produsen untuk memperkenalkan inovasi dan konsep futuristik. Terakhir, Gaikindo Jakarta Auto Week (GJAW) menggabungkan otomotif dengan elemen gaya hidup, menawarkan pengalaman yang lebih luas bagi pengunjung.
Fokus yang terbagi ini menunjukkan adaptasi strategis industri otomotif di Indonesia terhadap tren global dan preferensi pasar domestik. Kehadiran acara-acara yang secara khusus menyoroti kendaraan listrik (PEVS dan IEMS) dan promosi “EV Ecotourism” yang dilakukan di Bali menunjukkan bahwa industri ini secara proaktif merangkul transisi menuju energi bersih. Kolaborasi erat antara Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) dan pemerintah dalam menyelenggarakan pameran ini menegaskan bahwa acara-acara ini bukan sekadar ajang komersial. Sebaliknya, mereka adalah platform strategis untuk mendukung kebijakan nasional, mengedukasi masyarakat tentang teknologi baru, dan menunjukkan kematangan industri.
Pertumbuhan Budaya Road Trip
Aktivitas road trip semakin populer di Indonesia, didorong oleh peningkatan infrastruktur jalan tol dan keinginan masyarakat untuk bepergian menggunakan kendaraan pribadi. Terdapat beberapa rute road trip populer yang menawarkan pemandangan dan pengalaman berbeda. Rute Jakarta-Bandar Lampung, misalnya, memiliki jarak 224 km yang dapat ditempuh dalam waktu kurang dari empat jam, menawarkan pemandangan Taman Nasional Ujung Kulon dan Way Kambas. Demikian pula, perjalanan dari Jakarta ke Banyuwangi melalui jalur Pantura menawarkan petualangan budaya dan kuliner yang kaya, melintasi kota-kota bersejarah seperti Cirebon dan Semarang. Rute di Bali dan Lombok juga menawarkan pemandangan spektakuler, dari pedesaan hingga pantai, yang sangat ideal untuk penjelajahan dengan kendaraan.
Peningkatan tren ini, yang didukung oleh penggunaan kendaraan pribadi oleh sekitar 77% masyarakat Indonesia untuk bepergian , menunjukkan potensi pasar yang sangat besar. Namun, ketergantungan pada transportasi pribadi dan penggunaan armada besar untuk rombongan wisata juga menyoroti implikasi tersembunyi. Tantangan seperti infrastruktur jalan yang belum merata, terutama di daerah terpencil, dan isu logistik yang signifikan di negara kepulauan dapat menjadi hambatan. Hal ini menimbulkan pertanyaan kritis mengenai apakah infrastruktur saat ini sudah memadai untuk mendukung pertumbuhan eksponensial dalam wisata berkendara, atau apakah akan terjadi fenomena  overtourism dan dampak lingkungan yang serupa dengan tantangan pariwisata pada umumnya.
Komunitas Otomotif sebagai Katalisator
Komunitas otomotif di Indonesia memainkan peran fundamental yang jauh melampaui sekadar hobi. Dari klub pengguna mobil harian seperti AvanzaXenia Indonesia Club hingga klub supercar seperti Lamborghini Club Indonesia , mereka membentuk ekosistem yang solid dan terorganisir. Berbagai kegiatan rutin yang mereka selenggarakan, seperti touring lintas pulau, gathering, dan pameran, tidak hanya memperkuat persaudaraan di antara anggota tetapi juga mempromosikan destinasi wisata.
Peran komunitas ini meluas ke ranah sosial, menepis stereotip negatif yang sering melekat pada klub motor atau mobil. Banyak komunitas yang secara rutin mengadakan kegiatan amal dan sosial, seperti donor darah, penggalangan dana, dan bantuan bencana. Sebagai contoh, komunitas Bikers Subuhan melakukan kegiatan dakwah agama Islam dengan berkunjung ke sesama anggota di malam hari hingga subuh. Demikian pula, HOGERS Indonesia, komunitas penggemar motor besar Harley-Davidson, secara rutin mengadakan kegiatan santunan untuk anak yatim piatu. Kegiatan-kegiatan ini membuktikan bahwa komunitas otomotif dapat berfungsi sebagai agen perubahan sosial yang memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat. Partisipasi aktif mereka dalam kegiatan positif juga membantu membangun citra yang lebih baik bagi seluruh industri.
Lanskap Global dan Komparasi Strategis
Ikon Dunia dalam Wisata Sejarah dan Koleksi
Di panggung global, pariwisata otomotif memiliki akar yang dalam, terutama dalam konteks sejarah dan koleksi. Eropa, khususnya Jerman dan Italia, adalah pusat dari beberapa museum otomotif paling ikonik di dunia. Museum Porsche di Jerman, misalnya, menyajikan perjalanan sejarah mobil Porsche dari model klasik 356 hingga 911. Di Italia, Museo Lamborghini menampilkan koleksi legendaris dari Miura hingga Aventador, termasuk koleksi mesin V8 hingga V12 yang memukau. Sementara itu, Museum Mercedes-Benz juga di Jerman, menampilkan Benz Patent-Motorwagen, yang dianggap sebagai mobil pertama di dunia.
Jepang, sebagai raksasa otomotif, juga memiliki museum yang tak kalah prestisius. Toyota Automobile Museum, didirikan pada tahun 1989, tidak hanya mengoleksi mobil-mobil legendaris Toyota seperti Toyota GT 2000, tetapi juga kendaraan ikonik dari pabrikan global lainnya seperti Ford Model T dan Rolls Royce Silver Ghost. Di sisi lain, Honda Collection Hall berfokus pada warisan merek Honda, memamerkan sejarah motor dan mobil mereka, termasuk model balap F1 dan motor MotoGP. Perbedaan antara model museum global ini dengan museum di Indonesia yang cenderung merupakan koleksi pribadi dengan fokus pelestarian, menunjukkan bahwa museum global sering kali berfungsi sebagai perpanjangan dari strategi pemasaran dan pembangunan brand heritage suatu perusahaan.
Sirkuit Balap Legendaris sebagai Destinasi Utama
Sirkuit balap legendaris di dunia merupakan destinasi utama bagi penggemar motorsport. Sirkuit NĂ¼rburgring di Jerman, yang pertama kali digunakan pada tahun 1927, dikenal dengan julukan “Neraka Hijau” karena medannya yang menantang dan berbahaya. Di Italia, Sirkuit Monza, atau “The Temple of Speed,” telah menjadi tuan rumah GP Italia sejak tahun 1922, terkenal karena treknya yang memungkinkan kecepatan sangat tinggi. Sirkuit Silverstone di Inggris, yang dulunya adalah bekas pangkalan udara, telah menjadi tuan rumah F1 GP Inggris sejak 1950, dikenal karena karakter treknya yang mengalir dan cepat.
Sirkuit-sirkuit ini tidak hanya menjual tiket balap, tetapi juga menawarkan pengalaman wisata yang kaya, termasuk tur sirkuit, museum, dan kesempatan untuk berkendara di trek. Model bisnis ini sangat berbeda dengan pendekatan di Indonesia, di mana sirkuit seperti Mandalika dibangun sebagai bagian dari proyek pembangunan ekonomi regional yang lebih besar. Pendekatan ini menunjukkan bagaimana sebuah negara dapat menggunakan mega-event sebagai alat strategis untuk mempromosikan pariwisata secara menyeluruh, bukan hanya untuk menarik penggemar motorsport.
Tren Global: Pameran dan Festival Otomotif
Pameran otomotif global seperti Tokyo Auto Salon dan Osaka Auto Messe memiliki pengaruh besar dalam membentuk tren industri dan budaya modifikasi. Perhatian yang diberikan oleh media dan pemirsa global terhadap acara-acara ini menunjukkan adanya pergeseran cara konsumen berinteraksi dengan industri otomotif. Video YouTube yang menampilkan tur mendalam festival seperti Tokyo Auto Salon, yang menampilkan JDM FEST dan kolaborasi dengan  influencer otomotif populer seperti Larry Chen dan Garasi Drift, membuktikan bahwa digitalisasi telah menjadi pilar utama dalam promosi pariwisata otomotif.
Keberadaan para pembuat konten dan influencer di acara-acara ini mengindikasikan bahwa kesuksesan sebuah pameran tidak lagi hanya diukur dari jumlah pengunjung fisik, tetapi juga dari jangkauan digital dan pengaruh yang diciptakan melalui konten daring. Hal ini mencerminkan transisi media dari jurnalisme tradisional ke konten yang lebih personal dan interaktif. Bagi Indonesia, hal ini menjadi model yang relevan untuk diadopsi dalam mempromosikan acara-acara lokal seperti GIIAS dan IMX, dengan memanfaatkan kolaborasi bersama kreator konten untuk memperluas jangkauan dan daya tarik bagi audiens yang lebih muda.
Analisis Dampak dan Prospek Pengembangan
Dampak Ekonomi: Analisis Multiplier Effect
Penyelenggaraan acara otomotif berskala besar dapat memberikan dampak ekonomi yang signifikan melalui multiplier effect. Studi kasus MotoGP Mandalika 2022 memberikan bukti empiris yang kuat. Acara ini berhasil menyerap sekitar 6.900 tenaga kerja di berbagai sektor, termasuk konstruksi, UMKM, transportasi, dan kuliner. Tingkat okupansi hotel berbintang lima di Lombok mencapai 100% pada puncak acara, jauh di atas tingkat normal yang hanya 30%. Selain itu, pendapatan daerah Kabupaten Lombok Tengah diprediksi meningkat sekitar Rp300 miliar , dan omzet bisnis penyewaan kendaraan naik dari sekitar Rp10-15 juta menjadi hampir Rp70 juta per bulan.
Table 2. Dampak Ekonomi Jangka Pendek MotoGP Mandalika 2022
Indikator Ekonomi | Dampak Kuantitatif | Sumber Data |
Penyerapan Tenaga Kerja | 6.900 tenaga kerja (konstruksi, UMKM, transportasi, kuliner, akomodasi) | |
Peningkatan Okupansi Hotel | 100% (hotel bintang lima) pada 17-21 Maret 2022 | |
Peningkatan Pendapatan Daerah (PAD) | Diprediksi naik sekitar Rp300 miliar | |
Kenaikan Omzet Bisnis Persewaan | Dari Rp10-15 juta/bulan menjadi hampir Rp70 juta |
Meskipun dampak positif ini sangat menonjol, perlu dicatat bahwa ada pula tantangan yang muncul. Analisis menunjukkan bahwa terdapat kenaikan harga barang dan jasa yang dibutuhkan wisatawan selama acara, serta isu-isu dislokasi bagi pedagang UMKM lokal. Hal ini menggarisbawahi pentingnya perencanaan strategis yang cermat untuk memastikan bahwa manfaat ekonomi dari acara-acara besar dapat dirasakan secara merata oleh seluruh lapisan masyarakat dan tidak hanya berpusat pada sektor-sektor tertentu. Secara makro, kontribusi industri otomotif terhadap PDB non-migas Indonesia tercatat sebesar 3.98% pada tahun 2019, menunjukkan peran vitalnya dalam ekonomi nasional.
Dampak Sosial dan Pengembangan Jaringan
Wisata otomotif, terutama yang digerakkan oleh komunitas, memiliki dampak sosial yang signifikan. Bergabung dengan komunitas otomotif memungkinkan para penggemar untuk memperluas jaringan sosial, bertemu dengan orang-orang dari berbagai profesi dan latar belakang, serta berbagi pengetahuan dan pengalaman seputar kendaraan. Interaksi yang terjalin dalam komunitas sering kali berkembang menjadi persahabatan yang melampaui dunia otomotif, di mana anggota saling membantu dalam urusan pekerjaan atau bisnis.
Selain mempererat relasi, komunitas juga menjadi wadah untuk mengasah keterampilan sosial, seperti komunikasi dan kerja sama tim. Partisipasi dalam kegiatan sosial dan amal, seperti yang sering dilakukan oleh berbagai klub, memberikan rasa kepuasan batin karena telah berkontribusi positif kepada masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa pariwisata otomotif tidak hanya berdampak pada aspek ekonomi, tetapi juga membentuk karakter dan menumbuhkan jiwa sosial di kalangan anggotanya.
Tantangan dan Peluang Strategis
Pengembangan pariwisata otomotif di Indonesia menghadapi sejumlah tantangan yang kompleks. Pertama, ketersediaan infrastruktur balap yang memadai masih terbatas, menjadi kendala utama dalam pengembangan motorsport nasional. Sirkuit yang ada, meskipun ikonik, perlu terus ditingkatkan untuk memenuhi standar internasional dan menampung lebih banyak ajang balap.
Kedua, terdapat tantangan terkait sumber daya manusia yang terampil di sektor pariwisata dan otomotif. Perlu adanya pelatihan dan pengembangan keterampilan untuk mendukung pertumbuhan industri yang pesat.
Ketiga, isu lingkungan dan sosial menjadi perhatian serius. Risiko overtourism dan potensi kerusakan lingkungan akibat lonjakan jumlah wisatawan berkendara harus dikelola dengan baik untuk memastikan keberlanjutan. Terakhir, Â dinamika ekonomi dan regulasi juga menjadi faktor penentu. Fluktuasi ekonomi global dan perubahan kebijakan pajak dapat memengaruhi daya beli konsumen dan investasi di industri otomotif.
Di tengah tantangan ini, muncul berbagai peluang strategis. Pertama, adanya potensi besar untuk sinergi antara industri otomotif dan pariwisata. Seperti yang diungkapkan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, sudah waktunya bagi kedua industri ini untuk bersinergi, terutama mengingat tren wisata berkendara yang terus meningkat.
Kedua, pengembangan “EV Ecotourism” menawarkan jalan strategis untuk mempopulerkan kendaraan listrik dan menekan emisi karbon. Inisiatif seperti proyek percontohan Toyota EV Mobility di Bali menunjukkan langkah proaktif pemerintah dalam membangun ekosistem kendaraan listrik dan mempromosikan wisata ramah lingkungan. Hal ini juga dapat menjadi bagian dari solusi untuk mengatasi isu lingkungan dalam pariwisata.
Rekomendasi untuk Pertumbuhan Berkelanjutan
Strategi Pengembangan Infrastruktur Terpadu
Untuk memastikan pertumbuhan pariwisata otomotif yang berkelanjutan, diperlukan strategi pengembangan infrastruktur yang terpadu. Pemerintah harus mempercepat pembangunan sirkuit balap permanen di berbagai daerah untuk mengatasi keterbatasan saat ini. Pembangunan sirkuit baru harus dirancang dengan visi jangka panjang, tidak hanya sebagai fasilitas balap, tetapi juga sebagai pusat kegiatan rekreasi dan edukasi. Selain itu, optimalisasi infrastruktur jalan untuk mendukung road trip menjadi krusial. Peningkatan kualitas jalan dan pembangunan stasiun pengisian kendaraan listrik yang merata adalah prioritas untuk mengakomodasi pertumbuhan tren wisata berkendara.
Penguatan Ekosistem Komunitas dan Kolaborasi Swasta-Pemerintah
Komunitas otomotif adalah aset strategis yang harus diberdayakan. Dukungan terhadap komunitas, baik dari pemerintah maupun produsen, akan memperkuat peran mereka sebagai pilar sosial dan ekonomi. Kolaborasi antara komunitas, produsen, dan pemerintah dalam mengadakan acara, kampanye positif, dan bakti sosial harus terus digalakkan. Ini akan membantu membangun citra positif industri dan menunjukkan kontribusi nyata kepada masyarakat.
Menuju Wisata Otomotif Ramah Lingkungan
Masa depan pariwisata otomotif harus bergerak menuju keberlanjutan. Pemerintah dan pelaku industri perlu fokus pada pengembangan wisata otomotif berbasis kendaraan listrik (EV Ecotourism). Ini mencakup penyediaan stasiun pengisian daya yang terjangkau dan mudah diakses di seluruh destinasi wisata, serta insentif untuk mendorong penggunaan kendaraan listrik dalam kegiatan pariwisata. Selain itu, kebijakan yang mendukung pariwisata berkelanjutan harus diimplementasikan untuk mencegah dampak negatif seperti  overtourism dan kerusakan lingkungan, memastikan bahwa pertumbuhan industri ini dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi ekonomi dan masyarakat.