Dilema Ketinggian: Konsep Carbon Offsetting dan Solusi Transportasi Rendah Karbon
Pendahuluan: Penerbangan sebagai Ujian Etika Berkelanjutan
Sektor transportasi merupakan salah satu penyumbang emisi Gas Rumah Kaca (GRK) terbesar di dunia, dan dalam sektor ini, penerbangan internasional menghadirkan dilema moral dan lingkungan yang tajam. Meskipun penerbangan menyumbang sekitar 2,5% dari emisi karbon global, angka ini diproyeksikan meningkat pesat. Bagi pelancong modern, memilih rute internasional seringkali menjadi konflik antara kebutuhan mobilitas global dan komitmen terhadap kelestarian planet.
Ulasan ini akan membedah dua strategi utama yang digunakan untuk mengatasi jejak karbon perjalanan udara—strategi finansial (offsetting dan insetting) dan strategi struktural (pergeseran moda ke kereta cepat)—serta menganalisis mengapa pilihan yang paling ramah iklim seringkali tidak hanya soal membeli kompensasi, tetapi juga memilih mode perjalanan yang fundamental berbeda.
Dilema Penerbangan Internasional: Beban Karbon Ganda
Emisi penerbangan lebih kompleks daripada sekadar COâ‚‚. Industri ini menghadapi beban karbon ganda yang berasal dari emisi langsung COâ‚‚ dan efek non-COâ‚‚ yang terjadi di atmosfer.
Emisi Non-COâ‚‚: Jejak Kondensasi (Contrails)
Analisis ilmiah menunjukkan bahwa jejak kondensasi (contrails)—garis-garis awan berbentuk uap air yang terbentuk di belakang pesawat pada ketinggian jelajah—dan awan terkait (aircraft-induced cloudiness) memiliki efek radiative forcing yang signifikan. Dampak ini sering kali setara dengan atau bahkan melebihi dampak pemanasan dari CO₂ itu sendiri. Beberapa laporan bahkan menyebutkan bahwa emisi non-CO₂ (termasuk contrails) bertanggung jawab atas dua pertiga dari total dampak iklim penerbangan, atau berkontribusi dua kali lebih besar terhadap pemanasan global dibandingkan CO₂ pesawat.
Solusi Industri: Bahan Bakar Penerbangan Berkelanjutan (SAF)
Untuk mengatasi dilema ini, fokus industri beralih ke Bahan Bakar Penerbangan Berkelanjutan (Sustainable Aviation Fuel atau SAF). SAF didefinisikan sebagai bahan bakar penerbangan yang berasal dari sumber terbarukan atau limbah (seperti minyak jelantah atau lemak hewani) dan memenuhi kriteria keberlanjutan yang ketat.
SAF dianggap sebagai alat paling ampuh untuk mengurangi emisi COâ‚‚ penerbangan.Secara kimiawi, SAF mendaur ulang COâ‚‚ yang telah diserap oleh biomassa bahan bakunya , menghasilkan penurunan emisi GRK yang substansial dibandingkan dengan avtur konvensional.
Beberapa maskapai global telah berkomitmen pada target SAF:
- Cathay Pacific menjadi salah satu maskapai pertama yang mengumumkan target penggunaan SAF sebesar 10% dari total bahan bakar pada tahun 2030.
- Uni Eropa (UE) telah menetapkan mandat bauran (blending mandate) yang mewajibkan penggunaan SAF secara bertahap, dimulai dari 2% pada tahun 2025, meningkat menjadi 6% pada tahun 2030, dan mencapai 70% pada tahun 2050.
Untuk mengatasi efek contrails, solusi operasional yang diusulkan adalah penggunaan SAF dengan campuran yang lebih tinggi yang ditargetkan pada penerbangan yang diprediksi akan menghasilkan contrails terkuat, serta pengalihan jalur penerbangan untuk menghindari wilayah atmosfer yang rawan pembentukan contrails.
Mengimbangi Jejak Karbon: Offset vs. Inset
Bagi emisi yang hard-to-abate (sulit dihindari), pelancong dan perusahaan dapat memilih untuk mengimbangi emisi mereka melalui mekanisme pasar karbon.
Carbon Offsetting (Kompensasi Eksternal)
Carbon offsetting adalah strategi di mana suatu entitas (individu atau perusahaan) mengompensasi emisinya dengan membeli kredit karbon yang dihasilkan dari proyek pengurangan emisi di luar rantai pasokan mereka. Proyek yang didanai biasanya berupa penanaman pohon, energi terbarukan (angin dan matahari), atau perlindungan hutan. Satu unit kredit karbon setara dengan pengurangan satu ton karbon dioksida.
- Pilihan Kredit: Ketika memilih skema offsetting, penting untuk mencari proyek yang terverifikasi oleh standar independen yang kredibel, seperti Gold Standard , atau Verra. Proyek-proyek yang bersertifikasi Gold Standard, misalnya, menjamin transparansi finansial dan selaras dengan target keberlanjutan PBB.
Carbon Insetting (Reduksi Rantai Pasokan)
Sebagai alternatif yang lebih transformatif, carbon insetting melibatkan investasi dan pendanaan proyek karbon yang terjadi di dalam rantai pasokan perusahaan itu sendiri. Insetting tidak melibatkan transaksi di pasar karbon, melainkan bertujuan untuk dekarbonisasi internal.
- Aplikasi dalam Transportasi: Perusahaan transportasi dan logistik menerapkan insetting dengan beralih ke bahan bakar alternatif, memperbarui armada kendaraan dengan teknologi rendah emisi, dan mengoptimalkan rute logistik. Untuk dianggap kredibel, proyek insetting harus menghasilkan pengurangan emisi yang bersifat additional (tambahan), unique (unik), measurable (terukur), dan verifiable (dapat diverifikasi).
Kritik Etis terhadap Offsetting
Meskipun offsetting adalah alat yang penting, praktik ini menghadapi kritik serius yang harus dipertimbangkan oleh pelancong:
- Additionality (Ketambahan): Kritik utama adalah bahwa proyek offset harus menghasilkan pengurangan emisi yang tidak akan terjadi tanpa pendanaan offset tersebut.19 Jika proyek itu sudah berjalan tanpa dana offset, maka tidak ada pengurangan bersih emisi global yang nyata.
- Leakage (Kebocoran): Proyek offset dapat memindahkan kegiatan penghasil emisi ke lokasi lain. Contohnya, jika proyek melindungi satu area hutan, itu dapat mendorong penebangan hutan di wilayah terdekat.
- Greenwashing (Pencitraan Hijau): Pembelian offset yang relatif murah memungkinkan perusahaan mengklaim carbon neutrality (netralitas karbon) sambil mempertahankan operasi bisnis yang tinggi emisi, sehingga dapat menyesatkan konsumen dan menunda perubahan sistemik yang diperlukan (Licence to Pollute).
Solusi Struktural: Pergeseran Moda (Modal Shift)
Pakar iklim sepakat bahwa cara paling pasti untuk mengurangi jejak karbon perjalanan jarak jauh adalah melalui pergeseran moda (perpindahan dari udara ke darat), terutama ke kereta api, yang secara universal diakui sebagai moda paling berkelanjutan selain berjalan kaki atau bersepeda.21
Keunggulan Kereta Cepat (High-Speed Rail – HSR)
Di koridor jarak pendek hingga menengah (misalnya, di Eropa atau Asia Timur) HSR menawarkan keunggulan lingkungan dan efisiensi waktu perjalanan door-to-door yang signifikan:
| Moda Transportasi | Jejak Karbon (g COâ‚‚/penumpang-km) | Perbandingan Efisiensi |
| Penerbangan Jarak Pendek (Short-haul) | ~154 g COâ‚‚e | Paling intensif karbon |
| Kereta Cepat (Eurostar) | ~4 g COâ‚‚ | Jejak karbonnya hanya sekitar 4% dari penerbangan jarak pendek |
| Kereta (Rata-rata) | ~40 g COâ‚‚e | Rata-rata 5 kali lebih sedikit dari pesawat |
- Efek Mitigasi: Mengambil kereta alih-alih penerbangan dapat memangkas emisi COâ‚‚ hingga 90%.
- Efisiensi Waktu: HSR seringkali kompetitif atau bahkan mengungguli penerbangan untuk rute 500–1.300 km (seperti London-Paris, Madrid-Barcelona, atau Beijing-Shanghai) karena keunggulan lokasi stasiun di pusat kota dan prosedur keamanan yang lebih sederhana.
- Inovasi Efisiensi: Kereta modern, termasuk HSR, dirancang untuk efisiensi energi yang lebih tinggi melalui fitur-fitur seperti regenerative braking (pengereman regeneratif) yang mengembalikan daya ke jaringan listrik. Di Indonesia, kereta api bahkan menggunakan bahan bakar B40 dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk mengurangi konsumsi listrik konvensional.
Kesimpulan: Memilih Tanggung Jawab Iklim
Keputusan transportasi di era modern adalah cerminan dari kesadaran lingkungan.
- Prioritaskan Pergeseran Moda: Bagi rute jarak pendek dan menengah (di mana HSR tersedia), pergeseran dari pesawat ke kereta adalah tindakan paling pasti dan paling efektif untuk mengurangi jejak karbon pribadi. Tindakan ini memberikan manfaat iklim yang dapat diukur dan segera, tidak seperti janji kompensasi di masa depan.
- Dukung SAF dan Maskapai Bertanggung Jawab: Untuk penerbangan jarak jauh yang tak terhindarkan, konsumen dapat memilih maskapai yang secara eksplisit berkomitmen pada bauran SAF di luar mandat regulasi , atau yang berinvestasi dalam proyek insetting untuk mendekarbonisasi rantai pasok mereka.
- Selektif dalam Offsetting: Jika kompensasi menjadi pilihan, pelancong harus memastikan bahwa mereka membeli kredit dari proyek yang bersertifikasi standar tinggi (seperti Gold Standard) untuk mengurangi risiko greenwashing, leakage, dan non-additionality. Offsetting seharusnya menjadi solusi bagi emisi yang tidak dapat dihindari, bukan izin untuk berpolusi.
Pada akhirnya, transportasi berkelanjutan bukan hanya tentang teknologi, tetapi tentang pilihan yang bertanggung jawab: memilih kereta berkecepatan tinggi daripada penerbangan di daratan yang padat, dan menuntut maskapai penerbangan agar secara serius beralih ke bahan bakar hijau, bukan hanya mengimbangi dosanya dengan membeli kredit karbon yang berisiko.


