Loading Now

Samsung: Dari Perusahaan Dagang Tiga Bintang Menuju Raksasa Teknologi Global

Evolusi Samsung, dari permulaannya yang sederhana sebagai perusahaan dagang hingga posisinya saat ini sebagai konglomerat teknologi global. Tinjauan ini mencakup tiga pilar utama: sejarah fundamental dan visi pendiri, inovasi kritis dan titik balik perusahaan, serta lanskap kompetitif dan strategi masa kini yang berpusat pada kecerdasan buatan (AI) dan ekosistem terintegrasi. Analisis menunjukkan bahwa kesuksesan Samsung tidak hanya didorong oleh inovasi produk yang berkelanjutan, tetapi juga oleh kemampuan adaptasi strategis yang radikal, penguasaan rantai pasok vertikal, dan fondasi bisnis yang tangguh yang dibangun di atas hubungan historis dengan pemerintah Korea Selatan. Meskipun menghadapi persaingan ketat, terutama dari pesaing Tiongkok dan raksasa semikonduktor, Samsung berupaya mempertahankan kepemimpinannya dengan memposisikan dirinya sebagai pelopor di era AI dan konektivitas, sebuah langkah yang secara efektif mengubah perannya dari produsen perangkat keras menjadi penyedia pengalaman terintegrasi.

Awal yang Sederhana: Fondasi Perusahaan dan Visi Sang Pendiri

Pendirian dan Latar Belakang Bisnis Awal: Jejak dari Perdagangan Komoditas

Sejarah Samsung berawal dari sebuah permulaan yang sederhana, jauh dari citra raksasa teknologi yang dikenal saat ini. Perusahaan ini didirikan pada 1 Maret 1938 oleh Lee Byung-Chul di Daegu, Korea Selatan, dengan modal awal yang sangat terbatas, hanya sekitar $25. Pada mulanya, bisnis ini beroperasi sebagai perusahaan dagang yang berfokus pada ekspor makanan kering, termasuk mie instan, dan berbagai komoditas lain ke Tiongkok. Meskipun terdapat beberapa narasi yang sedikit bervariasi—seperti catatan yang menyebut bisnis perdana Lee Byung-Chul sebagai pabrik beras atau usaha angkutan truk —intinya tetap sama: Samsung berawal sebagai perusahaan grosir dan perdagangan.

Nama “Samsung” sendiri, yang dalam bahasa Korea berarti “tiga bintang,” memancarkan visi pendirinya sejak awal. Tiga bintang dalam logo asli perusahaan melambangkan visi Lee Byung-Chul agar perusahaan dapat “bersinar layaknya bintang di langit”. Kata “tiga” atau “sam” mewakili sifat “besar, melimpah, dan kuat,” sementara “bintang” melambangkan “cerah dan bersinar abadi”. Seiring waktu, perusahaan ini mulai berekspansi ke sektor-sektor baru yang berbeda, termasuk bisnis asuransi dan tekstil pada tahun 1950-an dan 1960-an, menunjukkan ambisi awal untuk mendiversifikasi portofolionya melampaui perdagangan komoditas.

Pergeseran Strategis ke Industri Manufaktur: Kebijakan Pemerintah dan Peran Chaebol

Pergeseran Samsung dari perdagangan ke manufaktur bukan merupakan keputusan yang berdiri sendiri, melainkan bagian integral dari strategi industrialisasi pasca-perang Korea Selatan. Pemerintah Korea Selatan secara aktif mendukung perusahaan domestik besar yang dimiliki oleh konglomerat keluarga, yang kemudian dikenal sebagai chaebol. Para  chaebol ini diberi berbagai kemudahan, seperti pembiayaan yang mudah dan perlindungan dari persaingan internasional, yang memungkinkan mereka untuk tumbuh dan mendominasi pasar. Samsung, sebagai salah satu chaebol terkemuka, memanfaatkan hubungan yang kuat ini dengan lembaga pemerintah untuk berekspansi secara agresif.

Sebagai hasil dari pergeseran strategis ini, Samsung memasuki industri elektronik dan teknologi informasi pada tahun 1960-an. Pada tahun 1969, Samsung Electronics didirikan, yang menandai dimulainya era baru bagi perusahaan. Produk elektronik pertama yang mereka produksi adalah televisi hitam putih pada tahun 1970. Struktur yang unik ini, di mana perusahaan tidak hanya berkompetisi di pasar tetapi juga beroperasi dalam ekosistem ekonomi yang dilindungi, memungkinkan Samsung untuk membangun dominasi vertikal dan mengambil risiko besar yang tidak bisa diambil oleh perusahaan lain. Hal ini menjelaskan mengapa Samsung mampu berekspansi begitu cepat ke berbagai sektor dan membangun pondasi yang kuat untuk dominasi di masa depan, termasuk investasi masif yang diperlukan untuk industri semikonduktor yang mahal.

Kebangkitan Raksasa Elektronik: Inovasi dan Titik Balik Kualitas

Inovasi dan Titik Balik Kualitas: Insiden Pembakaran Produk dan Visi Lee Kun Hee

Meskipun Samsung telah tumbuh menjadi pemain penting dalam industri elektronik, kualitas produk mereka pada awalnya tidak selalu memenuhi standar global. Titik balik yang paling signifikan dalam sejarah Samsung terjadi pada tahun 1995 di bawah kepemimpinan Ketua Lee Kun Hee. Dalam sebuah tindakan yang dramatis dan monumental, Lee Kun Hee memerintahkan penghancuran 150.000 unit produk yang cacat, termasuk ponsel dan mesin faks. Insiden ini, yang menelan kerugian jutaan dolar, bukan hanya sebuah hukuman, melainkan sebuah pernyataan strategis. Lee Kun Hee menyampaikan pesan kuat kepada karyawannya, “Kalau kalian masih membuat produk dengan kualitas rendah seperti ini, maka saya akan melakukan hal ini lagi”.

Tindakan radikal ini menandai pergeseran fundamental dalam filosofi perusahaan, dari paradigma yang mengutamakan kuantitas dan pertumbuhan cepat menjadi fokus yang obsesif terhadap kualitas dan inovasi. Insiden tahun 1995 adalah sebuah investasi jangka panjang dalam budaya perusahaan yang akan membuahkan hasil bertahun-tahun kemudian, menjadi fondasi bagi kualitas produk yang akan membawa Samsung ke puncak industri. Momen ini menjadi landasan filosofis yang memungkinkan Samsung tidak hanya meniru, tetapi juga melampaui standar kualitas yang ditetapkan oleh pesaingnya dan menciptakan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan.

Lahirnya Ikon: Perjalanan Seri Samsung Galaxy S dan Dominasi di Pasar Ponsel Pintar

Kebangkitan Samsung di era ponsel pintar tidak dapat dipisahkan dari kesuksesan seri Samsung Galaxy S. Diluncurkan pada tahun 2010, Samsung Galaxy S yang pertama adalah respons strategis untuk menantang dominasi pasar yang dipegang oleh iPhone. Perangkat ini merupakan awal dari pertempuran sengit yang mendefinisikan dekade berikutnya.

Perbandingan langsung antara Samsung Galaxy S2 (2011) dan iPhone 4S (2011) menunjukkan bagaimana Samsung mulai membangun keunggulan kompetitif melalui perangkat keras yang unggul. Galaxy S2 hadir dengan layar Super AMOLED 4.3 inci yang jauh lebih besar dibandingkan layar 3.5 inci pada iPhone 4S, serta RAM ganda (1GB vs. 0.5GB) dan baterai yang lebih besar (1650 mAh vs. 1432 mAh). Selain itu, Galaxy S2 menawarkan penyimpanan yang dapat diperluas, sebuah fitur yang tidak dimiliki oleh iPhone. Meskipun iPhone 4S memiliki keunggulan dalam kualitas kamera dan stabilisasi video , serta antarmuka pengguna yang dinilai lebih baik, Samsung menunjukkan komitmennya untuk berinovasi dan bersaing langsung di tingkat spesifikasi. Evolusi seri Galaxy terus berlanjut, dengan model-model seperti Galaxy S III (2012) yang memperkenalkan fitur multitasking layar terpisah dan fitur “Smart Stay,” dan Galaxy S4 (2013) yang terjual lebih dari 80 juta unit, dilengkapi dengan fitur “Air Gestures” dan sensor unik seperti termometer. Keberhasilan seri Galaxy ini, dengan fokus pada inovasi yang berpusat pada pengguna, merupakan bukti nyata bahwa pergeseran radikal yang terjadi pada tahun 1995 telah membentuk DNA perusahaan yang kini berorientasi pada kualitas.

Diversifikasi Portofolio: TV, Perabot Rumah Tangga, dan Komponen Inti

Portofolio Samsung melampaui ponsel pintar. Sejak tahun 1980-an, perusahaan ini telah memproduksi berbagai alat elektronik lainnya, termasuk mesin cuci, lemari es, dan microwave. Selain itu, Samsung juga mendiversifikasi bisnisnya ke industri kimia, contohnya dengan membentuk perusahaan patungan Samsung BP Chemical dengan British Petroleum.

Namun, salah satu keunggulan kompetitif terbesar Samsung adalah fokusnya pada produksi komponen inti. Perusahaan ini tidak hanya memproduksi perangkat akhir seperti ponsel dan TV, tetapi juga memproduksi komponen vital seperti chip memori pada tahun 1990-an dan prosesor. Divisi semikonduktor (DS Division) Samsung memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pendapatan perusahaan. Strategi ini, yang dikenal sebagai integrasi vertikal, memberikan Samsung kontrol yang lebih besar atas rantai pasokannya, memungkinkan mereka untuk mengoptimalkan kinerja dan biaya. Model bisnis ini juga menjadi bantalan yang efektif terhadap volatilitas pasar. Contohnya, ketika bisnis ponsel Samsung mengalami penurunan, pendapatan yang kuat dari divisi semikonduktor dapat membantu menstabilkan keuangan perusahaan. Hal ini menciptakan model bisnis yang jauh lebih tangguh dibandingkan pesaing yang sangat bergantung pada pemasok eksternal untuk komponen utama.

Samsung Masa Kini: Lanskap Kompetitif dan Posisi Pasar Global

Dominasi Pasar Ponsel Pintar: Analisis Pangsa Pasar Global dan Indonesia

Dalam lanskap pasar ponsel pintar yang sangat dinamis, Samsung terus mempertahankan posisinya sebagai pemimpin global. Berdasarkan data kuartal kedua 2025, Samsung memimpin pasar dunia dengan 19.7% pangsa pasar dan mengirimkan 58 juta unit, mencatat pertumbuhan yang mengesankan sebesar 7.9% dari tahun sebelumnya. Angka ini menempatkan Samsung di depan Apple, yang berada di posisi kedua dengan 15.7% pangsa pasar dan pengiriman 46.4 juta unit.

Analisis menunjukkan bahwa pertumbuhan Samsung didorong oleh keberhasilan model-model kelas menengah mereka, seperti Galaxy A36 dan Galaxy A56. Model-model ini secara efektif memperkenalkan fitur-fitur premium yang digerakkan oleh AI, yang sebelumnya hanya tersedia di perangkat kelas atas, ke segmen pasar yang lebih luas. Di Indonesia, Samsung juga menunjukkan dominasi yang kuat, memimpin pasar dengan 17.79% pangsa pasar pada Agustus 2025. Keberhasilan strategi ini menunjukkan bahwa Samsung beroperasi dengan strategi portofolio yang luas, yang menciptakan volume besar dan efektif dalam lingkungan ekonomi di mana konsumen semakin mencari nilai lebih dari produk mereka.

Pertarungan Para Titan: Keunggulan Kompetitif dan Tantangan dalam Persaingan dengan Apple dan Perusahaan Tiongkok

Lanskap kompetitif Samsung dicirikan oleh pertempuran tiga arah: melawan Apple di segmen premium dan melawan vendor Tiongkok yang agresif di pasar global.

Samsung vs. Apple: Persaingan antara Samsung dan Apple telah berlangsung selama lebih dari satu dekade, tidak hanya di pasar, tetapi juga di ruang pengadilan. Apple menuduh Samsung meniru desain iPhone dan antarmuka pengguna (UI) dalam perselisihan hak kekayaan intelektual yang terkenal. Meskipun pengadilan sering kali memihak Apple, Samsung membalas dengan klaim bahwa elemen desain yang dipermasalahkan adalah solusi universal yang tidak dapat dipatenkan. Secara strategis, kedua perusahaan memiliki pendekatan yang berbeda. Samsung menargetkan semua segmen harga dengan portofolio yang luas, mulai dari seri Galaxy A yang terjangkau hingga seri Galaxy S dan Galaxy Z yang premium. Sebaliknya, Apple berfokus hampir secara eksklusif pada model premium dengan margin tinggi. Keberhasilan Samsung di pasar global menunjukkan bahwa pendekatan portofolio yang luas ini lebih efektif dalam lingkungan yang tidak menentu.

Samsung vs. Perusahaan Tiongkok: Samsung menghadapi tantangan yang unik dan signifikan di pasar Tiongkok, di mana mereka “gagal secara menyedihkan”. Faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan ini mencakup boikot yang didukung oleh pemerintah dan kenaikan merek domestik seperti Xiaomi, Vivo, dan Oppo. Perusahaan-perusahaan Tiongkok ini unggul dalam menawarkan perangkat keras berkualitas dengan harga yang jauh lebih terjangkau, sering kali beroperasi dengan margin keuntungan yang sangat rendah. Strategi Samsung sebagai respons adalah mengurangi ketergantungannya pada pasar Tiongkok dengan memindahkan manufaktur ke Vietnam dan India, sebuah langkah yang secara proaktif mengurangi risiko geopolitik dan diversifikasi rantai pasokannya.

Kepemimpinan di Industri TV: Inovasi Layar (QLED, OLED) dan Posisi di Pasar Premium

Samsung telah mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar TV global selama 19 tahun berturut-turut, sebuah pencapaian yang luar biasa dalam industri yang sangat kompetitif. Berdasarkan data Omdia, Samsung menguasai 28.3% pangsa pasar global pada tahun 2024. Keberhasilan ini didorong oleh dominasi perusahaan di segmen-segmen premium dan ultra-besar. Pada segmen TV premium ($2,500+), Samsung memiliki pangsa pasar hampir setengahnya, yaitu 49.6%. Demikian pula, di segmen layar ultra-besar (75 inci ke atas), Samsung memimpin dengan 28.7% pangsa pasar.

Dominasi ini diperkuat oleh inovasi teknologi layar mereka. Samsung telah memperkuat kepemimpinannya dalam kategori QLED dengan 8.34 juta unit terjual pada tahun 2024. Sementara itu, penjualan TV OLED Samsung mencapai 1.44 juta unit pada tahun 2024, menunjukkan pertumbuhan tahun-ke-tahun (YoY) sebesar 42%. Strategi ini memungkinkan Samsung untuk menguasai segmen premium, meskipun menghadapi persaingan yang meningkat dari produsen Tiongkok yang agresif di segmen ultra-besar.

Jantung Inovasi: Peran Strategis Divisi Semikonduktor (Foundry dan Memori)

Divisi semikonduktor (DS Division) merupakan jantung dari Samsung Electronics, menyediakan pondasi teknis untuk produk-produknya dan menjadi pendorong pendapatan yang signifikan. Samsung berinvestasi besar-besaran untuk memenuhi permintaan yang kuat akan chip AI dan HBM (High Bandwidth Memory), yang krusial untuk pusat data dan perangkat modern.

Meskipun demikian, Samsung menghadapi tantangan besar dalam persaingan. Di pasar foundry, Samsung berupaya mengejar ketertinggalan dari Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC), yang mendominasi pasar dengan 70.2% pangsa pasar pada kuartal kedua 2025. Samsung berupaya untuk meningkatkan daya saingnya dengan mempercepat produksi massal SoC seluler 2nm GAA. Demikian pula, di pasar memori HBM yang penting, Samsung tertinggal dari SK hynix, yang memimpin dengan sekitar 54% pangsa pasar. Sebagai respons, Samsung berupaya mempercepat validasi HBM3E dengan Nvidia untuk mengejar ketertinggalan. Pertempuran untuk menguasai teknologi node dan memori ini menunjukkan bahwa meskipun Samsung adalah raksasa terintegrasi vertikal, mereka tidak memiliki dominasi mutlak di semua sektor, dan kesuksesan di masa depan akan sangat bergantung pada seberapa cepat mereka dapat mengatasi tantangan ini.

Visi Masa Depan: Strategi “AI for All” dan Ekosistem Terhubung

Investasi Besar dalam AI, 5G, dan Teknologi Masa Depan

Menanggapi perlambatan pertumbuhan pasar ponsel pintar , Samsung telah mengarahkan fokusnya pada teknologi masa depan yang digerakkan oleh kecerdasan buatan dan konektivitas. Perusahaan ini mengumumkan investasi besar-besaran senilai $22.38 miliar untuk AI dan 5G. Langkah strategis ini bertujuan untuk memposisikan Samsung sebagai pemimpin dalam Revolusi Industri Keempat dan mengatasi stagnasi di sektor-sektor inti. Investasi ini juga mencakup rencana untuk memperluas tim peneliti AI canggih secara global menjadi 1,000 orang dan berinvestasi secara agresif untuk menjadi pemain global dalam chip 5G dan perangkat terkait.

Implementasi AI dalam Produk Konsumen: Dari Galaxy AI hingga TV Pintar

Pada acara CES 2025, Samsung meluncurkan visi barunya, “AI for All,” dengan tujuan menjadikan AI sebagai pengalaman “Everyday, Everywhere”. Peta jalan yang disajikan berfokus pada “Home AI,” sebuah konsep yang berupaya mendefinisikan ulang rumah dengan menghadirkan layanan yang sepenuhnya personal melalui perangkat-perangkat yang terhubung.

Implementasi AI ini mencakup seluruh ekosistem produk Samsung:

  • Ponsel Pintar: Galaxy AI, yang hadir di seri S25, menyediakan fitur-fitur seperti terjemahan waktu nyata, pengeditan gambar, dan fungsionalitas cerdas lainnya yang menyederhanakan tugas-tugas sehari-hari.
  • Televisi: TV pintar terbaru Samsung ditenagai oleh prosesor NQ4 AI Gen3 yang menggunakan jaringan saraf untuk meningkatkan kualitas gambar hingga resolusi 4K. AI juga memungkinkan fitur unik seperti Live Translate untuk terjemahan siaran langsung, mode AI yang menyesuaikan gambar dan suara, dan bahkan fitur Pet Care yang dapat mendeteksi suara hewan peliharaan.
  • Semikonduktor: Inovasi AI juga merupakan inti dari divisi semikonduktor. Prosesor seluler andalan Samsung, Exynos 2400, menunjukkan peningkatan performa AI yang substansial, yaitu 14.7x lebih baik dibandingkan pendahulunya. Samsung juga mengamankan kontrak pasokan semikonduktor senilai $16.5 miliar dengan Tesla untuk chip AI, menunjukkan peran pentingnya dalam rantai nilai teknologi masa depan.

Strategi ini memungkinkan Samsung untuk beralih dari sekadar produsen perangkat keras menjadi penyedia pengalaman terintegrasi. Dengan menciptakan ekosistem yang terhubung di mana setiap perangkat berinteraksi melalui AI, Samsung berupaya mengikat konsumen ke dalam ekosistemnya, yang secara efektif menciptakan benteng pertahanan dari persaingan harga yang ketat dari pesaing.

Menghadapi Ketidakpastian Ekonomi dan Geopolitik: Strategi Diversifikasi dan Penguatan R&D

Dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi dan geopolitik, Samsung terus memperkuat fondasi intinya. Perusahaan ini secara agresif meningkatkan kapasitas penelitian dan pengembangannya (R&D), terutama di bidang AI, dengan tujuan untuk merekrut lebih banyak ahli di seluruh dunia. Upaya penelitian ini meluas ke pengembangan sistem agen multimodal, yang mengintegrasikan pemahaman bahasa, visual, dan suara untuk menciptakan pengalaman pengguna yang lebih mulus. Selain itu, Samsung juga telah menetapkan prinsip-prinsip etika AI yang berfokus pada “Fairness,” “Transparency,” dan “Accountability” untuk memastikan penyebaran teknologi yang bertanggung jawab dan berkelanjutan. Fokus pada penguatan R&D dan diversifikasi geografis—seperti yang terlihat dari pergeseran manufaktur—menunjukkan komitmen Samsung untuk membangun ketahanan dan mempertahankan kepemimpinan teknologinya di masa depan.

Kesimpulan

Perjalanan Samsung adalah sebuah studi kasus yang luar biasa tentang transformasi strategis. Dari sebuah perusahaan dagang sederhana yang memanfaatkan dukungan pemerintah, Samsung berevolusi menjadi raksasa manufaktur yang berfokus pada kualitas setelah insiden pembakaran produk yang radikal pada tahun 1995. Kesuksesan mereka saat ini dibangun di atas pilar-pilar penting, termasuk inovasi produk yang konsisten (dari seri Galaxy S hingga TV QLED dan OLED), penguasaan rantai pasokan vertikal yang tangguh, dan kemampuan beradaptasi yang cepat terhadap dinamika pasar global, termasuk diversifikasi manufaktur sebagai respons terhadap tantangan geopolitik.

Meskipun Samsung mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar di ponsel pintar dan TV, perusahaan ini menghadapi tantangan besar. Di pasar semikonduktor, mereka berupaya mengejar ketertinggalan dari TSMC di sektor foundry dan SK hynix di pasar HBM, yang sangat penting untuk pertumbuhan di era AI. Namun, dengan visi “AI for All” dan investasi besar-besaran, Samsung tidak hanya berupaya mengatasi tantangan ini tetapi juga untuk mendefinisikan kembali perannya di industri. Dengan mengintegrasikan AI di seluruh ekosistem perangkatnya, Samsung mengubah dirinya dari sekadar produsen hardware menjadi penyedia pengalaman yang kohesif dan bernilai tambah. Strategi ini memposisikan Samsung untuk tidak hanya bertahan, tetapi juga untuk memimpin dan membentuk masa depan teknologi untuk abad yang akan datang.