Pariwisata Urban di Kota Pahlawan: Ulasan Komprehensif Wisata Surabaya
Surabaya: Narasi Historis, Simbolisme, dan Place Branding
Kota Surabaya, yang dikenal dengan julukan “Kota Pahlawan,” memiliki identitas yang sangat kental dengan nilai-nilai heroisme dan sejarah panjang perlawanan. Simbolisme kota ini berasal dari gabungan kata Sura (berani) dan Baya (bahaya), yang secara harfiah dimaknai sebagai keberanian dalam menghadapi ancaman atau bahaya yang datang. Narasi historis heroik ini berakar pada beberapa peristiwa penting, termasuk pertempuran antara Raden Wijaya dan Pasukan Mongol yang dipimpin Kubilai Khan pada tahun 1293. Tanggal bersejarah ini diabadikan sebagai tanggal berdirinya Kota Surabaya, yaitu 31 Mei. Nilai kepahlawanan modern diperkuat oleh Peristiwa Sepuluh November 1945, yang merupakan momen paling bersejarah bagi kota ini.
Konsistensi narasi ini, yang berpusat pada tema konfrontasi dan ketahanan, menciptakan place branding Surabaya yang dinamis, berbeda dari kota-kota besar di Jawa lainnya yang mungkin lebih menonjolkan aspek budaya atau spiritual murni. Sejak abad ke-14 di era Majapahit, posisi Surabaya di pesisir utara Jawa sudah strategis sebagai pelabuhan. Pada abad ke-19, pemerintah kolonial Belanda menjadikannya pusat collecting centers untuk mengumpulkan hasil perkebunan dari ujung Timur Jawa, sebelum diekspor ke Eropa. Revitalisasi jalur air bersejarah, seperti Kalimas, dan pengembangan infrastruktur seperti Terminal Penumpang Gapura Surya Nusantara (Surabaya North Quay), merupakan upaya transisi untuk mengubah modal historis maritim dan niaga lama menjadi modal pariwisata rekreasi yang menjembatani fungsi ekonomi masa lalu dengan kebutuhan pariwisata kontemporer.
Iklim dan Musim Kunjungan Terbaik (Analisis Operasional)
Secara umum, Surabaya dicirikan memiliki suhu yang menyengat sepanjang tahun, dengan variasi antara 19 derajat Celsius dan 30 derajat Celsius, dan jarang berada di bawah 17 derajat Celsius atau di atas 32 derajat Celsius. Waktu terbaik untuk mengunjungi Surabaya, terutama untuk kegiatan wisata musim panas atau aktivitas luar ruangan, adalah dari akhir April hingga akhir Oktober, dengan skor kunjungan puncak yang terjadi pada minggu kedua bulan Juni. Musim panas di Surabaya biasanya pendek, hangat, hujan, dan mendung, sementara musim dinginnya pendek dan umumnya berawan.
Karakteristik cuaca ini menuntut infrastruktur pariwisata yang adaptif. Walaupun periode April hingga Oktober optimal untuk kegiatan outdoor, sifat kota yang panas mengharuskan adanya mitigasi, misalnya dengan mengoptimalkan aktivitas wisata di sore atau malam hari. Sebagai contoh, Wisata Perahu Kalimas sengaja beroperasi hingga malam hari (pukul 21.00 WIB) untuk memberikan pengalaman yang nyaman bagi pengunjung. Di samping itu, suhu yang tinggi dan potensi hujan di luar musim optimal membuat pusat perbelanjaan dan fasilitas MICE yang ber-AC, seperti Tunjungan Plaza dan Galaxy Mall , berfungsi sebagai pilar penopang ekonomi pariwisata yang stabil sepanjang tahun. Pemilihan bulan Mei untuk event besar seperti Surabaya Shopping Festival (SSF) dan Surabaya Vaganza menunjukkan strategi sinkronisasi acara untuk memaksimalkan daya tarik kota pada awal periode kunjungan optimal, memanfaatkan kondisi cuaca yang paling mendukung untuk merayakan Hari Jadi Kota.
Pilar Pariwisata Utama: Warisan, Spiritual, dan Urban Leisure
Wisata Sejarah dan Edukasi
Zona Heroisme: Tugu Pahlawan dan Museum Sepuluh Nopember
Tugu Pahlawan adalah simbol monumental semangat kepahlawanan masyarakat Surabaya. Untuk mendukung keberadaannya, di area tersebut juga didirikan Museum 10 Nopember. Museum yang diresmikan oleh Presiden KH. Abdurrahman Wahid pada tahun 2000 ini berbentuk piramid. Di dalamnya, museum menyimpan sebanyak 416 koleksi, meliputi foto, senjata rampasan, dan berbagai artefak peninggalan Pertempuran Surabaya, serta dilengkapi dengan fasilitas diorama statis dan elektronik.
Dalam konteks pendidikan, museum ini memiliki peran strategis sebagai mandat edukasi nasional, terlihat dari kebijakan tiket masuknya. Meskipun tiket masuk untuk umum adalah Rp 8.000, pelajar dapat masuk secara gratis. Hal ini menggarisbawahi fungsi utama museum sebagai fasilitas pemeliharaan memori kolektif dan pembangunan karakter, bukan semata-mata sebagai sumber pendapatan daerah. Oleh karena itu, investasi yang berkelanjutan harus diarahkan pada modernisasi konten dan pameran, mengganti diorama statis dengan pengalaman interaktif, untuk menarik minat generasi muda dalam mempelajari sejarah heroik tanpa mengurangi nilai-nilai edukatifnya.
Revitalisasi Kota Lama Surabaya dan Arsitektur Kolonial
Kawasan Kota Lama Surabaya, khususnya di sekitar Jembatan Merah, menawarkan pengalaman napak tilas sejarah dengan pemandangan bangunan kolonial yang telah direstorasi. Jembatan Merah sendiri adalah ikon yang namanya berakar pada pertempuran sengit di masa kolonial. Kawasan ini merupakan destinasi yang ramah bagi wisatawan beranggaran terbatas (budget travelers), karena kegiatan eksplorasi arsitektur di jalanan bersejarah dapat dilakukan secara gratis.
Namun, kawasan ini menyajikan kontradiksi naratif yang mendalam. Di satu sisi, wisatawan dapat mengagumi arsitektur Eropa yang indah , tetapi di sisi lain, situs ini adalah tempat perlawanan heroik melawan kekuasaan yang membangun arsitektur tersebut. Narasi wisata yang efektif harus mengelola dilema ini, menjelaskan bahwa bangunan tersebut merupakan warisan yang diakuisisi sebagai aset kota, tempat di mana perlawanan terjadi. Selain itu, kawasan Kota Lama juga memperluas diversifikasi konten sejarahnya dengan adanya Museum Hidup Polrestabes Surabaya, yang menampilkan koleksi bersejarah kepolisian dari berbagai era, dari senjata hingga baju dinas.
Museum House of Sampoerna (HoS)
House of Sampoerna (HoS) adalah museum tembakau yang menempati kompleks bangunan pusat yang telah dipugar dan didirikan pada tahun 2003. HoS merupakan model bagaimana warisan industri dapat diubah menjadi aset pariwisata yang sukses. Selain berfungsi sebagai museum, kompleks ini juga memiliki toko, kafe, dan galeri seni, menunjukkan fungsionalitas ganda sebagai pusat budaya dan gaya hidup. Bangunan di sisi barat kompleks HoS tetap berfungsi sebagai kediaman resmi keluarga pendiri. Model bisnis HoS, yang menyuntikkan fungsi komersial modern (galeri, kafe) ke dalam warisan industri tembakau/cengkeh , adalah studi kasus yang ideal untuk merevitalisasi warisan niaga lainnya di Surabaya, memastikan arus kunjungan dan pendapatan yang berkelanjutan, meskipun sempat mengalami penutupan sementara pasca-pandemi.
Wisata Religi dan Akulturasi Budaya
Kompleks Makam Sunan Ampel dan Kampung Arab
Wisata religi di Surabaya berpusat pada Kompleks Makam Sunan Ampel, salah satu anggota Wali Songo, yang beroperasi 24 jam sehari. Daya tarik spiritual ini menghasilkan efek pengganda ekonomi yang kuat di kawasan sekitarnya. Area yang dikenal sebagai Kampung Arab atau Kampung Ampel ini merupakan saksi akulturasi budaya Arab-Jawa sejak abad ke-18, ketika pedagang dari Hadhramaut, Yaman, mulai menetap dan menjadikannya pusat perdagangan dan dakwah Islam.
Kampung Arab Ampel kini menjadi pusat perbelanjaan yang menyediakan berbagai barang khas Timur Tengah, mulai dari kurma, parfum non-alkohol, hingga kerajinan tangan. Keberadaan diaspora Hadrami yang kuat memberikan lapisan autentisitas pada produk dan kuliner yang dijual. Operasi 24 jam Makam Sunan Ampel menjamin aliran pengunjung yang konstan, yang kemudian bertransaksi di toko-toko sekitar. Untuk menjaga keberlanjutan ekonomi ini, penting bagi pemerintah kota untuk menjaga integritas spiritual dan kebersihan area ziarah, serta mempromosikan Kampung Arab sebagai destinasi budaya diaspora yang unik.
. Ikonografi Masjid Modern: Masjid Nasional Al-Akbar dan Masjid Cheng Hoo
Surabaya juga menampilkan ikonografi masjid modern yang menawan, yang berfungsi sebagai pusat ibadah sekaligus destinasi rekreasi. Masjid Nasional Al-Akbar (MAS) adalah masjid terbesar kedua di Indonesia dan menjadi simbol keagungan Islam di kota tersebut. MAS dilengkapi dengan fasilitas modern yang mengintegrasikan fungsi rekreasi dan edukasi, seperti Taman Asmaul Husna dengan desain futuristik, fasilitas Urban Farming, Edu Park, serta menara yang terbuka untuk umum. Dengan demikian, MAS berfungsi sebagai destinasi multi-purpose yang dapat menarik wisatawan non-religi yang tertarik pada arsitektur dan lanskap urban. Selain itu, terdapat Masjid Muhammad Cheng Hoo, yang ikonik karena menonjolkan akulturasi budaya Tionghoa-Islam dalam arsitekturnya.
Wisata Maritim dan Rekreasi Air
Revitalisasi Sungai Kalimas
Sungai Kalimas, yang secara historis merupakan arteri utama perdagangan yang menghubungkan Pelabuhan Tanjung Perak dengan pedalaman , kini telah direvitalisasi menjadi jalur rekreasi air. Wisata Perahu Kalimas menawarkan beberapa rute, termasuk Taman Prestasi menuju Monumen Kapal Selam (Monkasel) dan Taman Prestasi menuju Museum Pendidikan. Harga tiketnya sangat terjangkau, berkisar antara Rp 7.000 hingga Rp 10.000. Sesi malam hari (pukul 18.00 hingga 20.30) menjadi waktu kunjungan yang sangat populer, menawarkan pemandangan gemerlap lampu kota.
Kebijakan penetapan harga tiket yang rendah ini mencerminkan bahwa Pemkot Surabaya memprioritaskan fungsi sosial dan penyediaan fasilitas rekreasi yang terjangkau bagi masyarakat, bukan semata-mata mencari keuntungan finansial. Namun, terdapat tantangan operasional karena kondisi air sungai, di mana operasional perahu dapat dibatalkan sewaktu-waktu jika debit air surut atau cuaca buruk. Ini menunjukkan kebutuhan untuk sistem peringatan dini yang transparan bagi wisatawan dan manajemen risiko yang cermat.
Surabaya North Quay (SNQ) dan Pelabuhan Tanjung Perak
Surabaya North Quay (SNQ) berhasil mengkonversi Terminal Penumpang Gapura Surya Nusantara menjadi destinasi maritim yang menawarkan pemandangan Selat Madura, Jembatan Suramadu, dan aktivitas lalu lintas kapal di Pelabuhan Tanjung Perak. Dengan biaya masuk sekitar Rp 10.000 (yang dapat ditukar dengan voucher makanan/minuman), pengunjung dapat menikmati pemandangan sunset dari fasilitas Teras Tepi Laut.
Pelabuhan Tanjung Perak kini semakin diakui sebagai destinasi favorit bagi kapal pesiar internasional. Pada tahun 2025, telah terkonfirmasi sebanyak 18 kapal pesiar akan bersandar di Pelabuhan Tanjung Perak. Kedatangan kapal-kapal besar, seperti MS Riviera yang membawa lebih dari 1.100 penumpang , menciptakan efek pengganda ekonomi yang signifikan dalam waktu singkat. Hal ini menuntut Pelindo dan Pemerintah Kota untuk terus meningkatkan pelayanan dan berkolaborasi dengan UMKM lokal untuk memaksimalkan potensi ekonomi turis asing. SNQ berfungsi sebagai model yang ideal untuk mengubah infrastruktur logistik fungsional menjadi maritime leisure hub yang menarik.
Gastronomi dan Kekuatan Culinary Tourism
Ikon Kuliner Surabaya: Cita Rasa dan Identitas Lokal
Gastronomi Surabaya menjadi daya tarik utama yang kaya akan cita rasa dan identitas lokal yang unik. Beberapa ikon kuliner khas yang wajib dicoba meliputi:
- Rujak Cingur: Salad tradisional Jawa Timur yang unik karena menggunakan cingur (hidung sapi) sebagai bahan utamanya, disajikan dengan bumbu kacang hitam yang kental dengan petis udang khas.
- Lontong Balap: Terdiri dari lontong, tauge, tahu goreng, dan lentho (dari kacang tolo), disiram kuah kaldu gurih dengan sambal petis. Nama “balap” konon berasal dari kebiasaan penjual yang berlomba mendorong gerobak.
- Rawon: Sup daging sapi dengan kuah hitam pekat yang khas, yang berasal dari penggunaan rempah kluwek (buah kepayang). Kluwek memberikan rasa umami yang dalam, menghubungkan Rawon dengan warisan rempah Nusantara, karena rempah ini juga digunakan dalam masakan tradisional di Sulawesi (seperti Toraja).
- Sate Klopo: Sate unik yang menggunakan daging sapi, ayam, atau jeroan yang sebelum dibakar dibumbui dengan kelapa parut sangrai. Penggunaan kelapa sangrai inilah yang memberikan rasa gurih yang khas, membedakannya dari sate Madura atau Jawa pada umumnya.
- Tahu Tek/Tahu Telor: Hidangan tahu goreng dan telur yang disajikan dengan lontong, tauge, dan kentang rebus, disiram dengan saus kacang yang kaya petis.
Penggunaan petis udang berfungsi sebagai flavor bridge, menjadi bahan pengikat rasa yang konsisten di berbagai kuliner ikonik Surabaya (Rujak Cingur, Tahu Tek, Lontong Balap). Petis adalah narasi unifying factor yang kuat dalam strategi culinary tourism Surabaya.
Jaringan Kuliner Legendaris dan Eksplorasi Varian Unik
Surabaya tidak hanya menawarkan kuliner ikonik, tetapi juga jaringan rumah makan legendaris yang membuktikan skalabilitas bisnis makanan tradisional di lingkungan urban. Contoh utamanya adalah Sate Klopo Ondomohen, yang telah beroperasi sejak tahun 1945. Bisnis ini dapat menjual hingga 25 kilogram daging per hari, menunjukkan potensi komersial yang masif. Keberhasilan ini dilindungi oleh formalisasi bisnis, seperti penggunaan trade mark resmi.
Di samping hidangan utama, Surabaya memiliki eksplorasi varian unik yang menjadi diferensiasi pasar, melayani segmen wisatawan yang mencari pengalaman kuliner tidak biasa. Varian ini termasuk Lontong Kupang, yang menggunakan kupang (sejenis kerang kecil yang hidup di lumpur) yang direbus dan disajikan dengan lontong , serta Pecel Rawon, yang menggabungkan kuah Rawon yang hitam dan kaya rempah dengan nasi pecel. Eksistensi Pecel Rawon menunjukkan kreativitas lokal dalam menyatukan dua ikon kuliner ke dalam satu piring. Untuk mendukung keberlanjutan sektor ini, pemerintah daerah perlu memfasilitasi legalitas, standar kebersihan, dan akses permodalan bagi UMKM kuliner legendaris.
Table 1: Identitas Kuliner Inti Surabaya: Signifikansi Bahan Lokal
| Nama Kuliner | Bahan Kunci Unik | Signifikansi/Konteks (USP) |
| Rujak Cingur | Cingur (Hidung Sapi), Petis Udang | Menggabungkan produk laut (petis) dan daging (cingur) sebagai ciri khas Jawa Timur pesisir. |
| Lontong Balap | Lentho (Kacang Tolo) | Kecepatan penjualan di masa lalu dan penggunaan bahan baku nabati sebagai penguat protein. |
| Sate Klopo | Kelapa Parut Sangrai | Menambahkan dimensi gurih dan tekstur yang membedakannya dari sate Jawa/Madura pada umumnya. |
| Rawon | Kluwek (Pangium edule) | Memberikan warna hitam pekat dan rasa umami yang dalam; menghubungkannya dengan masakan tradisional Nusantara (bersama Toraja). |
| Tahu Tek/Tahu Telor | Petis Udang dan Kentang Rebus | Makanan ringan yang kaya karbohidrat, sangat populer sebagai street food malam hari. |
Aksesibilitas, Logistik, dan Infrastruktur Pendukung
Sistem Transportasi Publik Urban
Surabaya telah mengembangkan sistem transportasi multimodal yang efisien untuk menunjang mobilitas urban dan wisatawan. Moda utama meliputi Suroboyo Bus, Trans Semanggi Suroboyo (implementasi program Buy The Service atau BTS dari Kementerian Perhubungan) , dan Feeder WiraWiri Suroboyo (transportasi umum berukuran kecil).
Meskipun sistem ini terintegrasi, terdapat batasan aksesibilitas ke kawasan heritage. Hanya Suroboyo Bus yang memiliki rute langsung yang melewati kawasan Kota Lama Zona Eropa; moda transportasi lainnya, seperti Trans Semanggi dan WiraWiri, mengharuskan wisatawan untuk melakukan transit. Integrasi rute ini menunjukkan komitmen Pemkot terhadap mobilitas, tetapi membutuhkan sistem informasi rute dan panduan transit yang sepenuhnya terdigitalisasi dan tersedia dalam berbagai bahasa untuk memudahkan wisatawan. Selain transportasi dalam kota, Bus Trans Jatim juga menyediakan koneksi antarkota yang terjadwal, nyaman, dan berbiaya terjangkau untuk perjalanan ke kawasan sekitar Surabaya.
Peta Akomodasi Strategis (Hospitality Ecosystem)
Ekosistem hospitality di Surabaya dicirikan oleh konsentrasi akomodasi berkualitas tinggi yang strategis. Hotel-hotel dengan peringkat teratas umumnya terletak di dekat pusat perbelanjaan ikonik, bandara (Juanda), dan stasiun kereta api (Pasar Turi, Wonokromo). Penempatan akomodasi ini mencerminkan bahwa daya tarik utama bagi wisatawan dan pebisnis adalah kegiatan retailtainment dan MICE (Meeting, Incentive, Convention, Exhibition).
Pusat perbelanjaan seperti Tunjungan Plaza (TP) adalah mal gaya hidup kelas dunia yang terhubung melalui enam blok (TP 1 hingga TP 6) dengan fasilitas lengkap. Sementara itu, Ciputra World Surabaya menawarkan konsep mixed-use yang ideal untuk MICE, dengan integrasi hotel bintang lima, perkantoran, dan apartemen. Galaxy Mall, yang didirikan sejak 1996, juga dikenal dengan dekorasi elegan dan kedekatannya dengan perumahan elit di Surabaya Timur. Kecenderungan hotel yang terpusat di kawasan ritel dan bisnis mengindikasikan bahwa Surabaya memposisikan dirinya sebagai pusat gaya hidup dan bisnis regional.
Table 2: Matriks Aksesibilitas Transportasi Publik ke Destinasi Kunci
| Destinasi Kunci | Moda Transportasi Utama | Keterangan Rute/Akses | Dampak Strategis |
| Kota Lama (Jembatan Merah) | Suroboyo Bus | Moda tunggal yang melewati Zona Eropa langsung, memfasilitasi turis tanpa transit. | Memposisikan Suroboyo Bus sebagai Heritage Transit Line. |
| Wisata Perahu Kalimas (Taman Prestasi) | Trans Semanggi / WiraWiri / Suroboyo Bus (Transit) | Memerlukan transit dari moda Feeder atau Bus utama. | Integrasi rute memerlukan panduan digital yang jelas untuk turis. |
| Tugu Pahlawan / Museum 10 Nopember | Suroboyo Bus / Feeder WiraWiri | Sangat terintegrasi dengan pusat kota. | Aksesibilitas tinggi mendukung fungsi edukasi nasional. |
| Kampung Arab (Sunan Ampel) | Angkutan Kota (Angkot) / Feeder WiraWiri | Terletak di utara kota, biasanya memerlukan transfer terakhir menggunakan angkot atau Feeder. | Menunjukkan perlunya solusi mobilitas mikro di area padat penduduk. |
Analisis SWOT dan Vektor Pengembangan Pariwisata (Proyeksi Masa Depan)
Analisis pariwisata Surabaya menunjukkan beberapa dimensi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang perlu dipertimbangkan dalam strategi pembangunan jangka menengah.
Analisis Komprehensif Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman (SWOT)
Kekuatan (Strengths): Surabaya memiliki identitas Kota Pahlawan yang terinternalisasi kuat, ditunjukkan melalui fasilitas edukasi seperti Museum 10 Nopember yang digratiskan untuk pelajar. Infrastruktur ritel dan MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) juga sangat maju, dengan mal-mal terintegrasi seperti Tunjungan Plaza dan Ciputra World yang menarik wisatawan domestik dan pebisnis.
Kelemahan (Weaknesses): Pariwisata yang bergantung pada sumber daya alam dan air memiliki risiko operasional yang tinggi. Operasional Wisata Perahu Kalimas rentan terhadap pembatalan akibat debit air yang surut atau cuaca buruk. Selain itu, konservasi aset warisan yang dikelola swasta, seperti yang sempat terjadi di House of Sampoerna yang ditutup sementara pasca-pandemi , menunjukkan adanya risiko kerentanan finansial pada model konservasi tunggal.
Peluang (Opportunities): Kedatangan kapal pesiar internasional di Pelabuhan Tanjung Perak menunjukkan peningkatan signifikan (18 kapal terkonfirmasi sandar pada 2025) , yang merupakan peluang besar untuk meningkatkan devisa. Periode musim kering yang optimal (akhir April hingga akhir Oktober) dapat dimaksimalkan dengan menyelenggarakan event-event strategis yang menarik massa, seperti Surabaya Shopping Festival.
Ancaman (Threats): Surabaya menghadapi persaingan regional yang intens, terutama dari kota-kota lain di Jawa Timur yang memiliki place branding spesifik, seperti Jombang, Kediri, dan Pasuruan, yang dikenal sebagai “Kota Santri”. Surabaya harus secara konsisten membedakan diri melalui narasi akulturasi (Kampung Arab, Masjid Cheng Hoo) dan kekuatan infrastruktur modernnya.
Pengembangan Pariwisata Berbasis Event Tahunan
Surabaya secara efektif menggunakan event tahunan untuk merangsang kunjungan dan aktivitas ekonomi, terutama di masa puncak kunjungan. Acara seperti Surabaya Shopping Festival (SSF) dan Surabaya Vaganza diselenggarakan setiap tahun pada bulan Mei untuk merayakan Hari Jadi Kota. Penempatan acara ini sangat strategis karena jatuh tepat di awal periode kunjungan optimal (akhir April – akhir Oktober). SSF merangsang belanja ritel melalui diskon besar-besaran di pusat perbelanjaan , sementara Festival Rujak Uleg di Kembang Jepun mengaktifkan kawasan heritage melalui kegiatan kuliner dan budaya.
Table 3: Profil Kunjungan dan Musim Operasional Surabaya
| Kriteria Musim | Bulan Kunjungan Optimal | Karakteristik Operasional | Event Kunci yang Disinkronkan |
| Musim Kering (Puncak) | Akhir April – Akhir Oktober | Kondisi terbaik untuk wisata luar ruangan dan air. | Surabaya Shopping Festival (Mei), Surabaya Vaganza (Mei). |
| Musim Hujan | November – Maret | Potensi pembatalan wisata perahu (debit air surut/buruk) dan kurang optimal untuk pantai. | Fokus dialihkan ke MICE dan wisata dalam ruangan (Mall, Museum HoS, Museum 10 Nopember). |
| Suhu Rata-rata | Sepanjang Tahun (Menyengat) | 19°C hingga 30°C. | Membutuhkan fasilitas pendingin udara dan aktivitas yang berpusat pada pagi atau sore/malam hari (Wisata Perahu Kalimas 15:00-21:00). |
Rekomendasi Strategis dan Model Investasi
Berdasarkan analisis yang komprehensif terhadap aset historis, spiritual, dan urban Surabaya, disarankan beberapa strategi pengembangan:
- Diferensiasi Branding Global: Surabaya harus memodifikasi place branding dari fokus domestik “Kota Pahlawan” menjadi citra yang lebih global, yaitu “Gerbang Maritim, Multikultural, dan MICE Asia Tenggara.” Strategi ini memanfaatkan posisi sebagai pelabuhan utama dan hub MICE regional.
- Investasi Hospitality Terdesentralisasi: Mengingat peningkatan pariwisata kapal pesiar di Tanjung Perak dan kekayaan budaya di Utara (Kampung Arab, Kota Lama), investasi harus didorong untuk pengembangan akomodasi berkualitas (hotel butik/hostel) di dekat kawasan Ampel/Kota Lama. Hal ini akan menyeimbangkan konsentrasi hotel mewah yang saat ini terpusat di tengah dan barat kota.
- Model Kemitraan Konservasi Warisan: Untuk memitigasi risiko finansial aset cagar budaya swasta (seperti yang ditunjukkan oleh kasus HoS ), Pemerintah Kota disarankan untuk membentuk skema kemitraan publik-swasta atau Trust Fund untuk konservasi dan aktivasi aset di Kota Lama, memastikan keberlanjutan operasional tanpa sepenuhnya bergantung pada satu entitas.
- Night Tourism yang Tervitalisasi: Mengoptimalkan Wisata Perahu Kalimas dan kawasan Kota Lama pada sesi malam untuk memperpanjang waktu kunjungan wisatawan dan meningkatkan pengeluaran. Kegiatan kuliner malam legendaris, seperti Rawon dan Sate Klopo, dapat diintegrasikan ke dalam night tour packages.
- Peningkatan Standar UMKM untuk Turis Kapal Pesiar: Dengan proyeksi 18 kapal pesiar berlabuh pada tahun 2025 , penting untuk melaksanakan pelatihan cepat bagi UMKM di sekitar SNQ dan Kampung Arab mengenai standar pelayanan, penggunaan transaksi non-tunai (seperti QRIS yang sudah digunakan di beberapa fasilitas wisata ), dan kemampuan berbahasa asing dasar, untuk memaksimalkan dampak ekonomi dari kedatangan turis mancanegara.


