Loading Now

Ekosistem Pariwisata Kota Malang

Geoposisi dan Peran Fungsional Kota Malang

Kota Malang menempati posisi geografis yang menguntungkan di tengah Provinsi Jawa Timur, terletak di lembah dengan ketinggian sekitar 450 meter di atas permukaan laut dan dikelilingi perbukitan. Keunggulan geoposisi ini secara historis memberikan Malang iklim yang sejuk dan berbeda, menjadikannya tempat peristirahatan yang diminati—sebuah narasi yang dihidupkan kembali dengan julukan kolonial “De Kleine Zwitserland” atau Swiss Kecil di Jawa. Keunggulan iklim ini menjadi aset kompetitif utama dibandingkan kota-kota dataran rendah lainnya yang menghadapi suhu panas.

Secara fungsional, Kota Malang memegang peran krusial sebagai simpul logistik dan pintu gerbang utama (gateway) untuk kawasan Malang Raya, yang mencakup Kota Batu dan wilayah Gunung Bromo. Perjalanan dari Malang menuju Bromo, meskipun dimungkinkan melalui Tumpang dan Jemplang, sering kali diorganisasi melalui paket tur yang menjadikan Malang sebagai titik awal atau penghentian wajib. Peran ini menunjukkan bahwa volume wisatawan yang melewati Malang sangat tinggi, yang menciptakan tantangan sekaligus peluang. Tantangannya adalah potensi Kota Malang hanya dipandang sebagai kota transit tanpa periode tinggal yang signifikan. Untuk mengkonversi wisatawan transit menjadi wisatawan menginap, Malang harus memperkuat narasi kultural dan historisnya, menjadikannya destinasi yang sama menariknya dengan tawaran wisata alam (Bromo) dan taman hiburan modern (Batu/Jatim Park).

Pilar Daya Tarik Inti: Dualitas Warisan dan Inovasi Urban

Daya tarik pariwisata Kota Malang bertumpu pada aset berkarakter ganda: Warisan budaya-sejarah yang kental dengan era kolonial, dan inovasi sosial yang muncul dari pengembangan permukiman lokal.

Aset Warisan Budaya dan Historis (The Colonial Legacy)

Malang kaya akan warisan fisik dan non-fisik yang mencerminkan sejarah panjangnya, mulai dari era kerajaan hingga masa kolonial Belanda. Kawasan Kayutangan Heritage menonjol sebagai etalase historis utama. Wilayah ini dipenuhi dengan bangunan bergaya kolonial yang sebagian besar didirikan antara tahun 1870 hingga 1920. Hingga saat ini, sekitar 22 struktur warisan di Kayutangan masih dipertahankan, bahkan berfungsi sebagai tempat tinggal dan bisnis. Kehadiran akomodasi butik seperti Tuwuh Hotel di kawasan Kayutangan menegaskan bahwa nilai historis ini telah berhasil dikapitalisasi menjadi pengalaman menginap yang unik, berdekatan dengan pusat kota seperti Alun-alun Tugu. Kayutangan menawarkan pengalaman wisata nostalgia yang kontras dengan modernisasi kota.

Selain arsitektur, Kota Malang juga menyimpan jejak sejarah dalam bentuk situs edukasi dan monumen. Museum Brawijaya dan Museum Mpu Purwa merupakan pusat penting untuk wisata edukasi, sementara Monumen Juang 45 menandai peran Malang dalam perjuangan kemerdekaan. Pluralisme budaya juga terwakili melalui situs seperti Kelenteng Eng An Kiong, yang menyoroti sejarah akulturasi dan toleransi antar-masyarakat di kota tersebut.

Di bidang seni budaya, Tari Topeng Malangan menjadi identitas kesenian kota. Kesenian ini merupakan hasil perpaduan budaya Jawa Tengahan, Jawa Kulonan, dan Jawa Timuran (Blambangan/Osing). Gerakan tarian yang dinamis, didukung musik etnik Jawa, Madura, dan Bali, melambangkan sifat dasar manusia seperti menangis, tertawa, sedih, atau malu, yang direpresentasikan oleh berbagai model topeng. Eksistensi kesenian ini menunjukkan kedalaman narasi kultural non-fisik yang harus terus dipromosikan.

Inovasi Pariwisata Berbasis Komunitas (Kampung Tematik)

Kampung Tematik adalah inovasi urban paling signifikan di Malang dalam satu dekade terakhir, yang berhasil mengubah citra permukiman kumuh menjadi destinasi wisata yang menarik. Inisiatif ini tidak hanya berfokus pada perbaikan fisik, tetapi juga peningkatan taraf hidup masyarakat lokal dan pemberdayaan ekonomi.

  • Ikon Utama:
    • Kampung Warna-Warni Jodipan: Kawasan ini terkenal karena transformasi drastisnya menjadi destinasi penuh warna, dilengkapi jembatan kaca yang menghubungkan ke Kampung Tridi. Keberhasilan Jodipan dimulai dari inisiatif mahasiswa dan kemudian didukung oleh pemerintah kota (seperti pembangunan infrastruktur air bersih).
    • Kampung Tridi (3D): Berdiri tak jauh dari Jodipan, menawarkan atraksi mural tiga dimensi yang memungkinkan wisatawan berfoto secara interaktif.
    • Kampung Biru Arema: Seluruh bangunannya dicat biru sebagai wujud kecintaan dan kebanggaan pada klub sepak bola Arema FC, menyerupai kota Chefchaouen di Maroko. Kampung ini menampilkan identitas sosial yang sangat kuat.
  • Aspek Keberlanjutan Sosial dan Ekonomi: Model Kampung Jodipan menerapkan sistem swakelola, di mana biaya masuk digunakan untuk kepentingan bersama, seperti menjaga kebersihan, keamanan (dilengkapi CCTV), dan kenyamanan lingkungan. Hal ini membuktikan bahwa komunitas lokal mampu mengelola pariwisata berbasis kerakyatan dan meningkatkan pendapatan melalui penjualan jajanan dan suvenir. Secara lebih luas, beberapa kampung, seperti Kampung Terapi Hijau, dinilai telah mencapai tingkat keberlanjutan sosial yang signifikan karena berhasil mengimplementasikan konsep keberlanjutan sosial yang baik, mencakup aspek partisipasi, inklusivitas, dan ekuitas.
  • Tantangan dan Keterbatasan Model: Meskipun Kampung Tematik mencapai kesuksesan besar, terdapat tantangan signifikan terkait keberlanjutan. Kota Malang memiliki setidaknya 23 kampung tematik, namun evaluasi pada tahun 2023 menunjukkan bahwa 5 di antaranya dikategorikan sebagai “tidak ada kunjungan” dan pengurusnya menjadi pasif, seringkali karena inisiator utamanya meninggal atau pindah kerja. Kenyataan ini menunjukkan adanya kerentanan struktural dalam model tata kelola. Ketergantungan pada charismatic leadership atau estetika fisik semata tanpa diikuti dengan institutionalisasi mekanisme pengelolaan yang kuat, menyebabkan model quick-fix ini gagal mempertahankan momentum dan keberlanjutan. Oleh karena itu, strategi keberlanjutan harus bergeser dari sekadar menciptakan daya tarik visual menjadi menginkubasi model bisnis yang didukung oleh kerangka social sustainability dan partisipasi masyarakat yang merata.

Table 1: Destinasi Kunci Kota Malang: Klasifikasi dan Daya Tarik Utama

Kategori Destinasi Kunci Karakteristik Unik Potensi Audiens
Heritage & Sejarah Kayutangan Heritage Arsitektur Kolonial (1870-1920), 22 cagar budaya berfungsi, arsitektur yang terjaga. Budaya, Fotografi, Sejarah
Wisata Tematik Kampung Warna-Warni Jodipan Transformasi permukiman kumuh menjadi instalasi seni dan warna; Swakelola komunitas. Milenial, Keluarga, Fotografi
Rekreasi Modern Malang Night Paradise Destinasi malam berbasis gemerlap lampu LED, taman lampion, wahana salju (Frozen Night), dinosaurus. Keluarga, Wisatawan Malam
Alam & Rekreasi Umbulan Tanaka Sumber mata air alami jernih; Desain eksotis nuansa Jepang (sakura, lampion); Aktivitas river tubing. Keluarga, Relaksasi Alam
Budaya & Seni Tari Topeng Malangan Seni pertunjukan yang merefleksikan sifat manusia; Perpaduan etnik Jawa, Madura, dan Bali. Budaya, Edukasi

Analisis Aksesibilitas dan Logistik Transportasi Kota

Aksesibilitas adalah prasyarat keberhasilan pariwisata, terutama mengingat peran Malang sebagai hub regional. Infrastruktur logistik Kota Malang menawarkan konektivitas regional yang memadai, namun menghadapi disrupsi serius pada mobilitas urban lokal.

Infrastruktur Konektivitas Regional

Akses masuk ke Kota Malang dapat dilakukan melalui berbagai moda. Untuk akses udara, Bandara Abdul Rachman Saleh (MLG) melayani rute domestik vital, termasuk penerbangan langsung ke Jakarta (CGK) yang sering dilayani oleh Batik Air. Jarak penerbangan Malang-Jakarta adalah sekitar 698.35 km.

Akses darat didukung oleh layanan bus dan kereta api. Malang dapat dijangkau dari Surabaya dan sekitarnya menggunakan bus (tersedia bus biasa dan bus patas/AC dengan tarif terjangkau) maupun kereta api. Stasiun kereta api di Malang, termasuk Stasiun Kota Lama, memiliki nilai historis sebagai salah satu yang tertua di Jawa Timur. Jaringan kereta api dan bus yang stabil memungkinkan Malang memainkan perannya sebagai hub regional untuk pergerakan turis.

Dinamika Transportasi Urban Lokal: Angkot vs. Transportasi Online

Di tingkat lokal, mobilitas urban menghadapi ketegangan antara angkutan umum konvensional dan layanan digital.

  • Kondisi Angkutan Kota (Angkot): Dinas Perhubungan mencatat setidaknya 17 rute angkot masih aktif beroperasi di dalam kota, melayani jalur-jalur utama seperti Term. Arjosari – Gadang – Term. Hamid Rusdi (AG/AH) dan Term. Arjosari – Dinoyo – Term. Landungsari (ADL). Meskipun demikian, angkot menghadapi tantangan serius. Kualitas layanan menurun, jadwal keberangkatan tidak teratur (tanpa jadwal yang jelas), dan banyak halte yang tidak berfungsi optimal. Wisatawan juga diwajibkan membawa uang tunai pecahan kecil karena sebagian besar angkot tidak menerima pembayaran digital.
  • Dominasi Transportasi Online: Seiring dengan menurunnya kualitas angkot, transportasi daring (ojek dan taksi online) telah mendominasi pasar mobilitas turis dan masyarakat. Permintaan konsumen terhadap layanan daring tetap tinggi, meskipun terjadi kenaikan tarif. Analisis menunjukkan bahwa faktor penentu utama dalam keputusan penumpang memilih transportasi adalah kenyamanan dan keamanan, di mana kedua faktor ini terbukti memiliki pengaruh signifikan terhadap efisiensi dan konektivitas perjalanan. Transportasi daring unggul dalam memberikan jaminan dua faktor tersebut dibandingkan angkot konvensional.

Analisis ini menunjukkan adanya Kesenjangan Mobilitas (The Mobility Gap). Angkot menyediakan jaringan rute yang luas namun mengalami kegagalan fungsional karena rendahnya kualitas layanan, keamanan, dan penjadwalan. Ini berarti, untuk mobilitas sehari-hari di dalam kota, Malang sangat bergantung pada model transportasi swasta dan digital yang, meskipun efisien, rentan terhadap fluktuasi harga dan ketersediaan. Agar pariwisata dapat berkelanjutan dan inklusif, pemerintah kota perlu memprioritaskan revitalisasi angkot, dengan memasukkan standar kenyamanan dan keamanan yang selama ini menjadi keunggulan layanan digital.

Table 2: Pilihan Transportasi Lokal Kota Malang: Analisis Keunggulan dan Tantangan

Mode Transportasi Faktor Keunggulan Kompetitif Tantangan Operasional Utama Status/Kecenderungan (2024)
Angkutan Kota (Angkot) 17 Rute aktif; Pilihan ekonomis untuk warga lokal/turis berbudget; Potensi konektivitas tinggi jika direvitalisasi. Kualitas layanan menurun; Jadwal tidak jelas; Infrastruktur (halte) tidak berfungsi; Kalah bersaing dengan Ojol. Menurun, membutuhkan evaluasi rute dan peremajaan armada.
Transportasi Online Kenyamanan, Keamanan, Kecepatan, dan Ketersediaan yang konsisten (prioritas konsumen). Sensitif terhadap kenaikan tarif; Kebutuhan stabilitas operasional. Dominan, menjadi pilihan utama mobilitas turis dan masyarakat.

Ekonomi Kuliner dan Identitas Oleh-Oleh Khas Malang

Gastronomi adalah pilar pariwisata Kota Malang yang menunjukkan perpaduan antara tradisi klasik yang tangguh dan inovasi kreatif yang memanfaatkan kekayaan pertanian lokal.

Ikon Kuliner Tradisional dan Legendaris

Identitas kuliner Kota Malang sangat lekat dengan hidangan yang telah berusia puluhan tahun dan bertahan melintasi generasi.

  • Bakso dan Cwie Mie: Dua ikon yang wajib dicoba wisatawan adalah Bakso dan Cwie Mie. Bakso President adalah salah satu kedai legendaris di Malang. Sementara itu, Cwie Mie Malang memiliki kekhasan yang membedakannya dari mie ayam biasa; Cwie Mie disajikan dengan daging ayam cincang, dilengkapi kerupuk pangsit, dan terkenal memiliki rasa gurih yang tidak berminyak. Kedai seperti Depot Pangsit Mie Bromo Pojok adalah contoh tempat yang berhasil menjaga cita rasa otentik sejak lama.
  • Hidangan Tradisional Lainnya: Pilihan kuliner legendaris lain mencakup Pecel Kawi Hj. Musilah yang menawarkan cita rasa pecel otentik khas Jawa Timur.
  • Jajanan dan Minuman Hangat: Atmosfer sejuk Malang sangat mendukung konsumsi minuman hangat tradisional. Angsle, minuman khas yang mirip sekoteng, sangat populer di malam hari. Angsle terdiri dari ketan, kacang hijau, roti, petulo (sejenis putu mayang), dan kuah santan manis yang menghangatkan. Di kategori jajanan, Putu Lanang adalah kue tradisional legendaris yang telah berdiri sejak 1935. Kue berbahan tepung beras dengan isian gula merah dan parutan kelapa ini mempertahankan tradisi cita rasa autentik.

Strategi Ekonomi Kreatif Berbasis Oleh-Oleh

Industri oleh-oleh Malang mencerminkan diversifikasi dan adaptasi yang cerdas terhadap komoditas pertanian lokal.

  • Warisan dan New Branding: Beberapa produk mempertahankan warisan historisnya, seperti Pia Mangkok yang legendaris sejak tahun 1959. Sementara itu, produk-produk modern seperti Malang Strudel dan Lapis Kukus Tugu Malang menjadi contoh keberhasilan branding kontemporer. Lapis Kukus Tugu Malang, misalnya, menggabungkan tekstur brownies dan bolu kukus berlapis dengan topping keju yang melimpah.
  • Diversifikasi Produk Pertanian Lokal (Bukan Sekadar Apel): Malang telah berhasil mengembangkan value chain yang kuat dari produk pertanian selain apel. Olahan Telo Ungu (Ubi Jalar) telah menjadi primadona baru, diolah menjadi aneka produk seperti keripik, brownies, dan bahkan es krim. Keberhasilan dalam memproses komoditas lokal seperti ubi jalar, nangka, salak, dan pisang menjadi aneka keripik buah yang gurih dan unik , memberikan insentif ekonomi yang stabil bagi petani dan UMKM, serta menjamin suplai produk olahan pertanian yang stabil untuk sektor pariwisata. Ini menunjukkan resiliensi ekonomi lokal yang didukung oleh agribisnis kreatif.

Table 3: Identitas Kuliner Malang: Ikon Legendaris dan Oleh-oleh Utama

Kategori Ikon Kuliner/Produk Kekhasan dan Nilai Jual Tahun Berdiri/Keunikan
Makanan Berat Bakso President Bakso legendaris, sering berlokasi di pinggir rel, menu beragam.
Makanan Berat Cwie Mie Malang Mie dengan daging ayam cincang, gurih, disajikan dengan pangsit kering.
Jajanan Tradisional Putu Lanang Kue putu isi gula merah dengan parutan kelapa. Sejak 1935
Oleh-Oleh Tradisional Pia Mangkok Pia legendaris. Sejak 1959
Oleh-Oleh Inovasi Olahan Telo Ungu Inovasi produk (keripik, brownies, es krim) berbasis ubi jalar ungu lokal. Modern
Oleh-Oleh Modern Lapis Kukus Tugu Malang Kue kukus lembut berlapis, branding kota, topping keju. Modern

Dinamika Pariwisata dan Rekomendasi Itinerary Strategis

Kalender Event dan Atraksi Musiman (MICE dan Budaya)

Untuk meningkatkan daya ungkit pariwisata dan mengatasi masalah desa tematik yang pasif, pemerintah kota menunjukkan pergeseran strategis menuju pariwisata berbasis acara (Event Tourism). Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kota Malang telah menyusun rencana ambisius dengan 77 event di 20 kampung tematik sepanjang tahun 2024. Strategi ini dirancang untuk mengalihkan fokus dari kunjungan pasif (sekadar berfoto) menjadi partisipasi aktif (festival), menciptakan momentum kunjungan yang stabil.

Malang Flower Carnival 2024 adalah contoh festival musiman ikonik yang direncanakan, menyoroti aspek budaya dan citra Kota Kembang. Keberhasilan pelaksanaan 77 event ini akan sangat bergantung pada kualitas penyelenggaraan dan konsistensi pendanaan. Jika event-event ini berhasil diinstitusionalisasi, mereka akan menjadi magnet baru yang memastikan Kampung Tematik tetap relevan sepanjang tahun, terlepas dari tantangan kepemimpinan komunitas lokal.

Manajemen Akomodasi dan Pengalaman Wisata

Sektor akomodasi di Malang Raya cukup terdiversifikasi. Di Kota Malang sendiri, pilihan berkisar dari guesthouse yang terjangkau seperti Griya Gribig dan Omah Wetan hingga akomodasi butik yang memanfaatkan nilai historis, seperti Tuwuh Hotel yang terletak di kawasan Kayutangan Heritage. Keberadaan berbagai jenis akomodasi ini mendukung segmentasi pasar, melayani baik turis beranggaran terbatas maupun heritage-seekers yang mencari pengalaman menginap unik.

Usulan Rencana Perjalanan (Itinerary) Terpadu

Mengingat peran Malang sebagai gateway regional, rencana perjalanan optimal harus mengintegrasikan aset utama Kota Malang, Kota Batu, dan Gunung Bromo dalam skema 3 hingga 5 hari.

Rencana Perjalanan Optimal 3 Hari 2 Malam:

  1. Hari 1 (Malang Heritage dan Kuliner): Fokus pada eksplorasi Kota Lama. Kedatangan di Stasiun Malang Kota Baru diikuti dengan kunjungan ke Kampung Warna-Warni Jodipan, Kampung Tridi, dan Kayutangan Heritage. Sore hingga malam diisi dengan menikmati kuliner legendaris seperti Cwie Mie legendaris atau Bakso President, diakhiri dengan minuman hangat Angsle.
  2. Hari 2 (Bromo Sunrise): Perjalanan dini hari (dapat dimulai dari Malang atau Tumpang) menuju Gunung Bromo untuk menyaksikan matahari terbit yang ikonik. Aktivitas ini memerlukan persiapan logistik yang matang, mengingat perjalanan harus dimulai sekitar tengah malam. Setelah kembali, wisatawan dapat menikmati sarapan khas Malang.
  3. Hari 3 (Batu Modern dan Oleh-Oleh): Pindah fokus ke Kota Batu untuk menikmati wisata modern skala besar. Pilihan mencakup kunjungan ke Jatim Park 3 (Dino Park, Millenial Glow Garden, The Legend Star) atau Museum Angkut, serta wisata alam seperti Air Terjun Coban Rondo. Perjalanan diakhiri dengan berbelanja oleh-oleh khas Malang (Pia Mangkok atau Olahan Telo Ungu) di pusat perbelanjaan sebelum keberangkatan.

Rencana ini bergantung secara kritis pada efisiensi transportasi antara ketiga titik utama. Ketidakandalan angkot lokal menekankan pentingnya transportasi daring sebagai tulang punggung mobilitas untuk menyambungkan Kota Malang dengan Batu, yang seringkali memiliki jarak tempuh yang signifikan.

Kesimpulan

Kota Malang memiliki potensi pariwisata yang stabil, didukung oleh dualitas warisan budaya dan inovasi komunitas. Namun, untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan, tantangan logistik dan tata kelola internal harus diatasi.

Analisis SWOT Pariwisata Kota Malang

Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weaknesses)
S1: Dualitas Warisan (Kayutangan) dan Inovasi Komunitas (Kampung Tematik) yang unik, menyediakan atraksi yang beragam. W1: Keberlanjutan Kampung Tematik sangat rentan, terlihat dari 5 desa yang pasif akibat ketergantungan pada charismatic leadership dan event temporer.
S2: Identitas kuliner yang kuat dan legendaris (Bakso, Cwie Mie, Putu Lanang) dengan nilai historis yang teruji. W2: Ketergantungan pada transportasi online karena kegagalan reformasi Angkot, yang menciptakan masalah aksesibilitas dan efisiensi mobilitas urban.
S3: Posisi strategis sebagai Gateway utama yang tak terhindarkan menuju Bromo dan Batu. W3: Ancaman status sebagai ‘kota transit’ jika aset intinya tidak dikemas dan diintegrasikan secara menarik ke dalam experience regional.
Peluang (Opportunities) Ancaman (Threats)
O1: Peningkatan Event Tourism (77 event di 2024) untuk menghidupkan kembali aset yang pasif dan menciptakan momen kunjungan. T1: Persaingan ketat dengan Kota Batu yang berfokus pada wisata modern dan tematik berskala besar (Jatim Park series).
O2: Pengembangan ekonomi kreatif yang sukses berbasis komoditas lokal (Telo Ungu dan aneka keripik buah) untuk mendukung UMKM. T2: Degradasi kualitas lingkungan kota yang mengancam estetika dan narasi pariwisata (misalnya, masalah permukiman kumuh yang terus muncul di luar kampung tematik).

Berdasarkan analisis yang disajikan, diperlukan langkah-langkah strategis untuk mengamankan posisi Malang sebagai destinasi utama, bukan hanya gateway.

  1. Institusionalisasi Tata Kelola Komunitas: Untuk mengatasi kelemahan model Kampung Tematik, pemerintah kota disarankan menggeser tata kelola dari bergantung pada inisiator tunggal menjadi model kelembagaan yang lebih formal (seperti koperasi pariwisata atau yayasan). Hal ini harus didukung kerangka social sustainability yang melibatkan inklusivitas dan partisipasi, memastikan bahwa aliran dana swakelola digunakan secara berkelanjutan untuk perawatan, inovasi, dan pelatihan sumber daya manusia.
  2. Reformasi dan Digitalisasi Transportasi Publik: Prioritas utama harus diberikan pada revitalisasi Angkutan Kota (Angkot). Reformasi harus difokuskan pada peningkatan faktor kenyamanan, keamanan, dan penjadwalan yang pasti untuk meniru keunggulan kompetitif transportasi online. Peningkatan ini akan memastikan mobilitas yang terjangkau dan efisien bagi semua segmen wisatawan, mengurangi ketergantungan kota pada layanan swasta yang fluktuatif.
  3. Penguatan Narasi Warisan Kultural: Kayutangan Heritage dan situs bersejarah lainnya harus diintegrasikan ke dalam paket tur edukatif yang lebih menarik dan terstandarisasi. Pengembangan narasi “Kota Penuh Sejarah” yang konsisten akan memposisikan Malang sebagai pelengkap narasi “Kota Wisata Modern” Kota Batu. Dukungan untuk acara budaya utama seperti Malang Flower Carnival dan Tari Topeng Malangan harus berkelanjutan untuk memperkuat identitas kultural ini.
  4. Dukungan Ekonomi Kreatif dan Gastronomi: Pemerintah daerah perlu memberikan sertifikasi dan dukungan promosi yang lebih luas untuk ikon-ikon kuliner legendaris (Putu Lanang, Bakso President) untuk mengukuhkan identitas Malang sebagai destinasi kuliner utama di Jawa Timur. Dukungan untuk UMKM pengolah produk pertanian lokal, seperti Telo Ungu dan aneka keripik buah, harus ditingkatkan untuk memperkuat ketahanan ekonomi berbasis komoditas daerah.